Tinggal di rumah saat kondisi pandemi corona berimbas pada banyak hal. Mulai dari cara membuang kejenuhan hingga tips-tips berbagai hal. Ada yang rajin mengolah berbagai makanan di rumah. Ikut membantu mengerjakan tugas sekolah, ada pula untuk hobi membaca, menulis, fotografi, merawat tanaman, merawat hewan peliharaan dan berbagai kegiatan lainnya untuk mengusir bosan.
Alhasil ada yang bilang selama tinggal di rumah tambah gemuk. Di bagian lain ada yang bilang nggak selalu gemuk, bisa disiasati. Ada pula yang bilang gara-gara tinggal di rumah saja membuat belanja paket data internet menjadi bengkak. Bahkan ada yang iseng membuat berbagai vlog dengan aplikasi di smartphone.
Saya sendiri hampir empat minggu di rumah dan berkumpul dengan keluarga. Masuk kerja bahkan bisa dihitung dengan jari, mungkin sekitar enam atau tujuh kali saja. Itupun dengan waktu sangat pendek, yaitu masuk jam delapan dan pulang jam dua belas siang. Selama di kantor pun tak banyak yang diperbuat. Kawan-kawan di kantor hanya bercerita tentang berbagai hal virus corona sesuai apa yang diterima melalui berbagai pesan di smartphone.
Tentu diantara kita tak bisa memungkiri bahwa ada berbagai group pesan dalam smartphone. Taruhlah group teman sekolah, group teman kerja, group profesi, group komunitas hingga group yang isinya untuk hiburan semata. Saat ada himbauan untuk tetap tinggal di rumah seperti ini, pesan-pesan di berbagai group seperti silih berganti menayangkan berbagai hal tentang virus corona. Sesekali ada hoaks atau berita palsu dan sesekali ada yang mencoba mengunggah komedi agar tak tegang memikirkan wabah virus corona.
Ada satu hal unik yang mungkin kalian pernah juga mengalaminya, yaitu "perang dingin" antara tukang pamer melawan tukang kepo. Lalu apakah perang dingin itu dimenangkan oleh tukang pamer? atau malah tukang kepo? silahkan baca sampai tuntas ya.Â
Memang selama pandemi virus corona ini selain mentaati anjuran tinggal di rumah ada juga himbauan penting, yaitu jaga jarak. Sehingga jika kita terpaksa keluar rumah harus waspada untuk jaga jarak dengan orang lain, menggunakan masker dan juga rajin mencuci tangan dengan sabun atau dengan hand sanitizer.Â
Wah jadi panjang lebar ya?
Ya memang, tulisan ini selanjutnya akan mengisahkan tentang panjang kali lebar bagaimana sebuah "perang dingin" antara tukang pamer dan tukang kepo - diulang-ulang terus, kapan ceritanya. Sabar.
Tukang pamer mati gaya kehabisan stok
Situasi saat ini adalah situasi sulit bagi tukang pamer. Ia akan tinggal di rumah selama kurun waktu empat belas hari atau bahkan lebih. Ia tak boleh kemana-mana kecuali memenuhi kebutuhan sehari-hari, itupun tak jauh-jauh, paling sekitar rumah saja. Jika sedang malas gerak, bisa saja ia menyuruh pembantu rumah tangga yang melakukan. Apalagi bisa pesan makanan melalui ojek online.Â
Sungguh realita yang "mengharuskan" tukang pamer nggak hanya malas gerak, tapi juga mati gaya. Bayangkan, selama ini ia bebas melenggang kemana suka. Plesir kesana kemari. Mengunjungi destinasi yang unik serta instragamable. Cekrak cekrek, selfie dan mengunggahnya ke berbagai aplikasi media sosial. Tentu tak lupa dengan caption, mention, tag serta narasi yang menggoda siapa saja yang menjadi pertemanan.
Sehari tak mengunggah foto diri rasanya gatal. Punya tas baru langsung foto diri. Punya jaket gaya Dilan langsung diunggah. Pakai sepatu sneaker model baru langsung tag ke teman-teman. Lagi di hutan dengan latar sebuah panggung papan berbentuk love turut diunggah dan mendadak caption-nya seperti penyair dengan kata-kata puitis.
Nah, yang bikin tukang kepo mengalami radang mata dan gangguan penglihatan adalah saat si tukang pamer jalan-jalan ke luar negeri. Pakai kacamata lebar seraya menunjuk menara Eiffel Paris. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan ke Tokyo naik kereta cepat. Mengunggah foto sedang diatas Shinkasen.Â
Tak hanya berhenti disitu saja, tukang pamer terus menggoda tukang kepo dengan mengunggah foto mereka di Seoul, Melbourne, Maldives, Amerkia, Swiss, Jerman serta tempat-tempat wisata sekelas Asia, misalnya di Lapangan Tiananmen Beijing, di Patung Merlin Singapura atau di Phuket Thailand.Â
Tukang kepo memenangkan perang dingin?
Mungkin saat ini waktunya kemenangan bagi tukang kepo, sebab beberapa hari ini ia banyak mencibir - dan memang selalu mencibir - dengan unggahan-unggahan dari tukang pamer. Ia menahan geli saat tukang pamer mengunggah foto masa mudanya yang culun habis, serta ada caption yang lagi hits "until tomorrow". Dalam batin tukang kepo terucap, "culun aja banyak gaya."Bahkan saat tukang pamer hanya mengunggah beberapa foto lawas, si tukang kepo bergumam "Jadul booo, habis stoknya ya?"Â
Mau gimana lagi, selama tinggal di rumah saja, si tukang pamer memang nggak bisa kemana-mana, maka ia buka-buka folder tempat menyimpan foto-foto kenangan. Jika ada yang mengesankan langsung saja diunggah. Seringkali foto dengan tokoh-tokoh penting akhirnya ia unggah juga, supaya orang lain tahu kalau dia orang penting juga. Padahal yang diajak foto lagi menatap ke arah lain. Sekali lagi si tukang kepo tersenyum sinis "Rasain dikacangin."
Tukang kepo terus memantau menguntit pergerakan tukang pamer. Ia seperti diatas angin melihat tukang pamer lagi pakai daster lalu berjemur diri di depan rumah lengkap dengan jemuran yang nampak sebagian. "Hehehe, ternyata...." batin tukang kepo. Tak berhenti sampai disitu saja, tukang kepo juga mengirimkan pesan kepada temannya, ia screenshot sebuah status milik tukang pamer yang lagi masak mie instan. Dalam pesannya si tukang kepo menuliskan pesan "Dapurnya sih ok, tapi......cuma mie instan doaaang".
Perang dingin belum usai, si tukang kepo terus mengulik berbagai status si tukang pamer. Ia tertawa lepas saat mengetahui bahwa pasangan tukang pamer adalah mantannya. Langsung saja ia screenshot dan disebar ke beberapa kontak dengan pesan "Ternyata si goblok sama dia, duh baru tahu kalau dia itu kekasihnya, pantas aja nggak pernah diajak foto bareng, selfieee terusss sampai mampuss."
Dan saya sendiri tak mampu berbuat apapun, hanya menyusun prihatin batinku sendiri, "Kok ada ya manusia seperti itu?" Jadi, "perang dingin" ini dimenangkan siapa? tukang pamer apa tukang kepo? hasil kompetisi saya serahkan kalian semua.
MALANG, 10 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H