Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bayi Laki-Laki Yati

4 Februari 2020   22:31 Diperbarui: 4 Februari 2020   22:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
By Linda Crockett via fineartamerica.com

Esok hari seorang perempuan mendekati kemurungan Yati diatas ranjang yang masih menampakkan ikatan di kaki dan lengannya. Perempuan itu mencoba menenangkan Yati. Memeluknya dan memberikan rasa nyaman kepada Yati. 

Lama sekali perempuan itu melepaskan duka yang menjerat Yati. Sampai akhirnya Yati meletakkan semua kejadian tragis yang dialaminya pada kehidupan seperti biasa. Sebab ada calon jabang bayi yang dikandungnya. Selama sembilan bulan lamanya dokter kandungan memantau perkembangan bayi yang dikandung Yati. Semuanya terjadi di dalam rumah mewah itu. Rumah terkutuk yang harus diterima Yati sampai bayi yang dikandungnya lahir.

------- **** ------

"Arrrrghhh"
"Ibuuuuuu"
"Arrrrghhh"
"Ibuuuuuu"

Dua teriakan yang sempat terucap Yati saat melahirkan bayi yang dikandungnya. Tiga orang yang mendampingi persalinan Yati nampak serius menangani bayi yang lahir tersebut. Mereka berpakaian layaknya dokter kandungan, dokter anestesi dan perawat yang membantu persalinan. Sehingga pada pagi itu Yati telah menjadi seorang ibu. Bayi mungil berkelamin laki-laki telah diahirkan Yati secara normal.

"Oeeeek, oeeeeek, oeeeeekk."

Bayi itu terus menangis. Yati hanya memandang bayinya dengan sisa-sisa letihnya serta keringat di sekujur wajahnya. Tubuhnya sangat lemas. Selangkangannya sakit. Lalu terpejamlah matanya. "Biarkan ia sitirahat dulu" kata seorang yang berpakaian ala dokter. Bayi itu dibersihkan oleh perawat dan diserahkan kepada seorang perempuan tua yang sudah menunggu di sebuah ruangan. Disamping perempuan tua itu terdapat dua orang lelaki yang nampak bahagia.

"Sayang, lihat, anak kita lahir. Kau akan jadi nenek bu, kau akan jadi nenek sekarang. Kita harus segera membayar bayi ini. Kita buktikan bahwa rumah ini adalah rumah terindah bagi gay yang sudah menikah" kata lelaki yang flamboyan itu kepada pasangannya yang juga lelaki.

Hidup tak bisa memilih dari siapa ia dilahirkan, Yati tak pernah menyesali hal itu. Tapi, Yati sangat sakit, hancur jiwanya saat bayi yang dilahirkan telah dipilih oleh orang lain. Apalagi orang itu adalah pasangan gay yang ingin memberikan cucu kepada ibunya, seorang perempuan tua dengan duka lebih dalam, karena anak lelakinya menjadi gay.

 

MALANG, 4 Februari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun