"Loh, ini tas siapa bu, kok ditaruh di teras" tanya juragan kepada Suratmi. Mendengar tanya yang mengejutkan itu Suratmi mengaku dan menjelaskan keberadaan anaknya, Yati. Juragan penasaran dan ingin tahu dimana Yati.Â
Maka, Suratmi mengenalkan Yati kepada juragannya. Sebenarnya saat itu jantung Suratmi dag dig dug, takut kalau juragannya emosi mengajak anaknya ikut bekerja. Ternyata diluar dugaan juragannya malah tertarik dengan Yati. Diajak ngobrol santai di meja makan dan bahkan ditawari pekerjaan jika lulus sekolah SMA nanti. Selanjutnya Suratmi sering ditemani oleh Yati. Juragan juga semakin akrab dengan Yati.
------- **** ------
Yati telah lulus dari SMA, sesuai dengan apa yang pernah dijanjikan oleh juragan, maka Suratmi memberanikan diri menagih pekerjaan yang pernah ditawarkan juragan kepada Yati. Juragan pun tersenyum menganggukkan kepala.Â
"Jangan khawatir, tenang bu Ratmi, sebentar lagi kawan saya dari luar kota akan datang, ibu siapkan saja pakaian Yati" papar juragan. "Haaa? Masak sekarang juragan? Apa tidak besok saja, saya belum cerita ke Yati" Suratmi merasa bahagia sekaligus terkejut dengan persetujuan juragan yang mendadak itu. "Ok, besok jam sembilan, Yati sudah siap di rumah ini" pungkas juragan seraya menghisap kretek dalam-dalam.
Sebelum jam sembilan pagi, Yati sudah duduk menunggu berita dari juragan. Ibunya sibuk mengerjakan tugas seperti biasa. Juragan masih di dalam kamar, suaranya sedang menelepon kawannya terdengar hingga ke telinga Yati.Â
Antara bahagia, cemas dan berbagai perasaan campuraduk dirasakan Yati. Juragan tidak menceritakan dirinya akan bekerja apa dan dimana. Saat ibunya didesak pertanyaan juga tak memberi jawaban yang memuaskan. Sedangkan bapaknya percaya apa kata istrinya. "Ya sudahlah, aku pasrah, apapun pekerjaannya akan kujalani" batin Yati sembari menggigit ujung kuku jarinya.
------- **** ------
Yati telah tiba di kota yang tak pernah dikunjungi sebelumnya. Wajahnya pucat kelelahan setelah empat jam naik pesawat terbang. Bersama seorang keturunan asing ia tinggal di rumah mewah, seperti rumah juragan ibunya. Namun yang aneh adalah, rumah mewah itu berisi banyak lelaki-lelaki melambai atau bergaya flamboyan. Mereka sibuk melihat-lihat album foto dan saling bercanda tanpa mempedulikan Yati yang baru tiba. Yati semakin terperanjat lagi saat berjalan ke belakang rumah, sebab ada sebuah kamar yang berisi beberapa bayi yang tertidur di ranjang bayi.
"Rumah macam apa ini? aku semakin gelisah, hatiku tidak enak" pikir Yati. Saat berjalan dan memikirkan kondisi yang dilihatnya itulah tiba-tiba seseorang telah menyeretnya dengan paksa dari belakang. Tubuhnya yang letih dibekap sebuah lengan lelaki yang kuat. Hidungnya dibius dengan saputangan. Ia tak sadarkan diri.
Saat siuman Yati merasakan pegal-pegal di sekujur tubuhnya. Ia merasakan ada yang ganjil dengan kondisinya. Ia merasakan sakit di kemaluannya. Kakinya seperti sulit digerakkan. Air matanya meleleh menghujami pipi. Dunia seperti kiamat. Jiwanya terguncang hebat. Namun sia-sia saja ia meronta, sebab sebuah tali dari kulit telah mengikat kedua kakinya, sehingga tak bisa bergerak leluasa. Hanya ikatan di lengannya saja yang agak longgar, tetapi itupun juga gagal melepas ikatan. Hari itu Yati menangis sejadi-jadinya.