Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jakarta Nggak Mikir, Indonesia Jangan!

1 Mei 2017   20:07 Diperbarui: 2 Mei 2017   03:55 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini tentu menjadi masalah. Bukan hanya bagi kita, akan tetapi juga bagi orang lain, yang akan ikut terkena imbas dari pikiran orang-orang yang tidak jujur dan sesat pikir itu.

Dalam konteks Pilkada DKI. Hal ini jelas terlihat dengan massifnya gerakan menolak Ahok sebagai pemimpin karena ia non Muslim. Dalam konteks beragama seakan-akan Ahok merupakan bencana jika sampai memimpin kembali untuk lima tahun ke depan.

Kemungkinan akan terpilihnya Ahok ini seakan- akan menjadi ancaman besar, sehingga apapun caranya harus dilakukan supaya Ahok tidak terpilih.

Inilah sikap yang tidak jujur menurut Buya. Dalam kerangka berpikir Buya, jika umat Muslim ( Jakarta) menghendaki pemimpin Muslim, maka terlebih dahulu harus melahirkan kader atau calon pemimpin Muslim. Bukan dengan cara menghalangi atau menghambat orang lain.

Dan ketika itu gagal dilakukan, maka jika ada pemimpin non Muslim yang tampil, itu adalah keniscayaan, dan mau tidak mau harus diterima.
Di sinilah letak persoalannya menurut Buya, ketika ( ada sebagian) umat Muslim tidak mau menerima kenyataan jika DKI dipimpin oleh Ahok yang non Muslim. Lalu kemudian beranggapan bahwa masalahnya ada pada Ahok, bukan pada mereka yang memang nyata-nyata belum berhasil membentuk pemimpin Muslim bagi ibukota.

Memang, pada akhirnya calon yang mereka dukung bisa menang dengan ikutsertanya mereka beramai-ramai dan habis-habisan "menghajar" Ahok sebelum dan saat bertarung di Pilkada.

Bahkan tidak cukup sampai di situ, kita bisa melihat bagaimana mereka terus berikhtiar menghendaki kejatuhan Ahok sampai ke jurang yang paling dalam yang mungkin ada.

Buya tampaknya tidak senang dengan cara seperti ini, dan juga tidak berarti bahwa Buya sedang membela Ahok. Buya tentu ikut prihatin dengan kegaduhan yang terjadi hanya karena seorang Ahok, yang mana semestinya hal itu sangat tidak perlu.

Bagi Buya, masalah ini sebenarnya sederhana, namun dibuat mejadi rumit ketika kejujuran diabaikan. Situasi bertambah rumit karena kesengajaan dari pihak-pihak tertentu, yang dengan sengaja membuat kasus Ahok ini lebih rumit. Dengan cara demikian, ia ( Ahok) akhirnya​ kehilangan banyak kesempatan untuk tetap menjadi pilihan warga.

Ketika "pesonanya" disamarkan, bahkan ditutupi dengan bayang-bayang ketidakjujuran sehingga menjadi bias, dan diharapkan bias itu berdampak signifikan untuk menggagalkan Ahok demi kemenangan calon selain Ahok yang akan mereka dukung.

Pesan Buya di atas sejatinya tidak ditujukan kepada elit parpol Muslim maupun ulama yang mayoritas tampaknya sedang berkolaborasi dalam kisruh ini. Buya sepertinya tidak lagi banyak berharap dengan mereka, walau tidak dengan semua elit parpol dan ulama tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun