Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlukah Jokowi Menemui SBY?

19 November 2016   01:12 Diperbarui: 19 November 2016   02:07 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu  tarikan nafas sebelum memberi jawab untuk pertanyaan di atas. Juga tidak cukup hanya dengan satu kali tarikan, sekalipun itu begitu dalam. Paling tidak, butuh dua hingga tiga helaan nafas sebelum dilanjutkan dengan setidaknya dua kali anggukan.

Namun, itu juga tidak serta merta membuatnya hitam putih, layaknya papan catur dengan keempat sudutnya di mana seringkali raja diam dan hanya bisa sembunyi karena sudah tersudut.

Dan memang, ada banyak dimensi yang bisa digunakan untuk bisa sampai pada satu kesimpulan, yang bisa menjadi jawaban dari pertanyaan: Apakah Jokowi masih perlu menemui SBY? 

Tentu, saya tidak akan melihatnya dengan kacamata multi dimensi, dan kebetulan juga saya tidak punya kacamata model begituan. Pengalaman saya sebelumnya, yang pernah dengan gemilang menjuarai turnamen catur tingkat RT saya pikir cukup mumpuni untuk melihat persoalan ini  dari perspektif permainan catur.

Untuk menghemat waktu, baiklah langsung saja saya mulai, saya harap penonton bisa tenang!

Kedudukan saat ini adalah 3:1 untuk Jokowi. Mohon maaf, jika anda tidak penah ikut pertandingan catur, sebaiknya jangan protes, apalagi menggugat kedudukan yang sudah saya putuskan  di atas.

Semua orang pasti tahu, bahwa dalam pertandingan catur, keputusan juri tidak bisa diganggu gugat. Jadi, percuma bila anda berniat untuk menggerakkan aksi demo untuk menekan saya. Tolong dicatat, sampai lebaran kuda sekalipun, kedudukan tersebut tidak akan saya rubah.

Kembali ke papan catur.

Sangat beralasan jika belakangan ini ada permohonan terselubung dari beberapa petinggi Partai Demokrat supaya Jokowi segera bertemu dengan SBY. Permohonan tentu beda dengan permintaan, apalagi saran. Kunjungan Jokowi ke kediaman Prabowo, dilanjutkan dengan pertemuannya dengan tokoh-tokoh agama, langsung merubah keadaan menjadi 1:1, dari posis sebelumnya SBY unggul 1:0. 

Demo 0411, yang tadinya diprediksi akan membuat SBY unggul ternyata tidak berhasil merubah kedudukan. Jokowi dengan strategi bertahan penuhnya, mampu memaksa remis, namun kali ini tanpa berbagi poin seperti umumnya pertandingan catur. Posisi sementara belum berubah, dengan kedudukan imbang 1:1.

Konsolidasi lanjutan yang dilakukan oleh Jokowi ke banyak pihak berhasil mengubah posisi dengan keunggulan Jokowi 2:1. Belum dirasa cukup dengan keunggulan satu poin, Jokowi tancap gas dan berhasil memperlebar jarak dengam SBY menjadi 3:1. Satu poin tambahan didapatnya setelah Ahok dengan "susah payah" akhirnya berhasil ditersangkakan oleh Bareskrim Polri.

Tentu SBY mati langkah dengan "taktik" tak terduga Jokowi ini,  ia pun hanya bisa "sembunyi" di sudut hitam papan caturnya, sambil mencoba menggerakkan menteri dan kudanya guna mencari jalan dari serbuan terstruktur dan massif Jokowi, yang kali ini dengan percaya diri mengepung SBY dari semua lini.

Dalam keadaan tersudut, sepertinya SBY sadar bahwa kecil kemungkinan untuk bisa membalikkan keadaan. Ia pun terpaksa membisikkan kepada anggota timnya agar meminta Jokowi menahan gempurannya, namun diam-diam tetap mencari peluang dengan kudanya untuk bisa  " memakan" satu benteng milik Jokowi, yang kebetulan saat ini statusnya sudah dalam posisi tersangka.

SBY sangat mengerti bahwa turnamen catur tingkat Provinsi kali ini ditonton oleh seluruh masyarakat, karena ikutsertanya juara bertahan yang kehebatannya tidak perlu diragukan lagi. Even kali ini tentu akan sangat menetukan maju tidaknya wakil dinasti SBY (yang pernah memegang tampuk selama dua periode) di even nasional 2019, di mana keberhasilan di turnamen ibukota  kali ini akan sangat menentukan ikutsertanya mereka di panggung akbar 2019, atau hanya menjadi penonton.

Saking bergengsinya turnamen yang digelar di ibukota ini, SBY merasa perlu memainkan pemain muda yang sama sekali belum berpengalaman untuk tampil menantang petahana dan satu peserta lainnya, yang bisa saja dianggapnya hanya sebagai penggembira belaka.

Memang bisa terlihat, SBY turun all out dengan strategi lawasnya yang secara langsung dicopy paste untuk digunakan oleh  jagoannya.  Namun, lawan kali ini bukanlah lawan sembarangan. Selain didukung penuh oleh penonton, prestasi dan ketangguhannya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Belum lagi adanya dugaan bahwa juara bertahan sangat didukung oleh ketua federasi untuk bisa menang, sehingga tidak ada pilihan lain bagi SBY untuk  ikut turun tangan secara langsung dan memegang penuh kendali agar jagoannya bisa menang.

Inilah awal pertarungan menjadi melebar, bukan lagi semata-mata di level provinsi. Bahkan menjadi pertandingan informal atau semacam  pra 2019, bahkan jika perlu akan dipercepat bila situasi memungkinkan.

Sambil harap-harap cemas, SBY menunggu langkah politik Jokowi berikutnya. Apakah  Jokowi akan menawarkan satu poin cuma-cuma kepadanya dengan mengulurkan tangan dan menjabatnya?  Atau Jokowi akan terus melanjutkan serangannya dan meraih poin berikutnya untuk mengakhiri perlawanan SBY dengan posisi akhir 4:1?

Memang, masih ada kemungkinan untuk remis, hal itu hanya terjadi bila Jokowi menghentikan serangan dan tidak lagi melanjutkan konsolidasinya. Namun, tentu itu tidak diharapkan SBY, karena ia butuh minimal satu poin sehingga kedudukan bisa menjadi 2:3.

Dengan posisi  2: 3, ia berharap bisa merebut satu poin di turnamen DKI Feb 2016 untuk bisa menyamakan kedudukan menjadi 3:3. Dengan kedudukan imbang 3:3, SBY tentu akan sangat percaya diri untuk bertarung di grand final 2019, berhadapan head to head dengan Jokowi, baik ia sendiri yang turun langsung ataupun menyuruh Agus Yudhoyono yang bertarung.

Inilah ulasan politis dari perspektif seorang  juara catur tingkat RT guna membantu anda menjawab pertanyaan hitam putih yang menjadi judul dari artikel ini. 

Tentu, anda sekarang sudah bisa menjawabnya sendiri. Andai masih belum, saya terpaksa harus mengatakan: "Terlalu!"

Apakah Jokowi  masih perlu menemui SBY?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun