Tentu SBY mati langkah dengan "taktik" tak terduga Jokowi ini, Â ia pun hanya bisa "sembunyi" di sudut hitam papan caturnya, sambil mencoba menggerakkan menteri dan kudanya guna mencari jalan dari serbuan terstruktur dan massif Jokowi, yang kali ini dengan percaya diri mengepung SBY dari semua lini.
Dalam keadaan tersudut, sepertinya SBY sadar bahwa kecil kemungkinan untuk bisa membalikkan keadaan. Ia pun terpaksa membisikkan kepada anggota timnya agar meminta Jokowi menahan gempurannya, namun diam-diam tetap mencari peluang dengan kudanya untuk bisa  " memakan" satu benteng milik Jokowi, yang kebetulan saat ini statusnya sudah dalam posisi tersangka.
SBY sangat mengerti bahwa turnamen catur tingkat Provinsi kali ini ditonton oleh seluruh masyarakat, karena ikutsertanya juara bertahan yang kehebatannya tidak perlu diragukan lagi. Even kali ini tentu akan sangat menetukan maju tidaknya wakil dinasti SBY (yang pernah memegang tampuk selama dua periode) di even nasional 2019, di mana keberhasilan di turnamen ibukota  kali ini akan sangat menentukan ikutsertanya mereka di panggung akbar 2019, atau hanya menjadi penonton.
Saking bergengsinya turnamen yang digelar di ibukota ini, SBY merasa perlu memainkan pemain muda yang sama sekali belum berpengalaman untuk tampil menantang petahana dan satu peserta lainnya, yang bisa saja dianggapnya hanya sebagai penggembira belaka.
Memang bisa terlihat, SBY turun all out dengan strategi lawasnya yang secara langsung dicopy paste untuk digunakan oleh  jagoannya.  Namun, lawan kali ini bukanlah lawan sembarangan. Selain didukung penuh oleh penonton, prestasi dan ketangguhannya sudah tidak perlu diragukan lagi.
Belum lagi adanya dugaan bahwa juara bertahan sangat didukung oleh ketua federasi untuk bisa menang, sehingga tidak ada pilihan lain bagi SBY untuk  ikut turun tangan secara langsung dan memegang penuh kendali agar jagoannya bisa menang.
Inilah awal pertarungan menjadi melebar, bukan lagi semata-mata di level provinsi. Bahkan menjadi pertandingan informal atau semacam  pra 2019, bahkan jika perlu akan dipercepat bila situasi memungkinkan.
Sambil harap-harap cemas, SBY menunggu langkah politik Jokowi berikutnya. Apakah  Jokowi akan menawarkan satu poin cuma-cuma kepadanya dengan mengulurkan tangan dan menjabatnya?  Atau Jokowi akan terus melanjutkan serangannya dan meraih poin berikutnya untuk mengakhiri perlawanan SBY dengan posisi akhir 4:1?
Memang, masih ada kemungkinan untuk remis, hal itu hanya terjadi bila Jokowi menghentikan serangan dan tidak lagi melanjutkan konsolidasinya. Namun, tentu itu tidak diharapkan SBY, karena ia butuh minimal satu poin sehingga kedudukan bisa menjadi 2:3.
Dengan posisi  2: 3, ia berharap bisa merebut satu poin di turnamen DKI Feb 2016 untuk bisa menyamakan kedudukan menjadi 3:3. Dengan kedudukan imbang 3:3, SBY tentu akan sangat percaya diri untuk bertarung di grand final 2019, berhadapan head to head dengan Jokowi, baik ia sendiri yang turun langsung ataupun menyuruh Agus Yudhoyono yang bertarung.
Inilah ulasan politis dari perspektif seorang  juara catur tingkat RT guna membantu anda menjawab pertanyaan hitam putih yang menjadi judul dari artikel ini.Â