Di mana-mana, kalau seseorang sudah dijadikan tersangka dalam kasus pidana, pasti lah yang bersangkutan merasa sedih, takut, dan malu. Atau, bila dia tidak merasa apa yang dituduhkan kepadanya benar, ia pasti berontak dan melakukan perlawanan. Beda dengan Ahok, ia malah mengucapkan terima kasih kepada Kepolisian yang telah memproses hukum kasus dugaan penistaan agama yang menjeratnya.Â
Tidak pula ia mengajukan praperadilan atas penetapannya sebagai tersangka. Menurut Ahok, hal ini merupakan proses demokrasi yang baik, kendati dirinya ditetapkan sebagai  tersangka
Haji Lulung kemudian menduga adanya sesuatu yang aneh dan dirahasiakan Ahok. Juga dari sikap Ahok yang menurutnya terkesan tidak wajar, sebagai seorang yang baru ditetapkan sebagai tersangka. Keheranan Lulung semakin tak terbendung dengan pernyataan Ahok yang percaya diri untuk maju ke persidangan atas kasus yang disangkakan pada dirinya. Lulung pun merasa bahwa Ahok bakal bebas dari kasus ini.
Apa yang membuat Lulung heran dengan sikap Ahok?
Lulung, sepertinya merasa telah cukup mengenal  Ahok, yang menurutnya adalah sosok yang tidak bisa menyimpan rahasia. Dari wajah Ahok yang tenang dan "happy" dengan statusnya sebagai tersangka, cukup memberitahu Lulung bahwa Ahok sudah yakin bahwa ia akan baik-baik saja dalam kasus ini, dan pada akhirnya akan divonis tidak bersalah dan bebas.
Kecurigaan Lulung ini pun akhirnya mendorongnya untuk meminta penegak hukum, yang menangani kasus Ahok untuk bersikap netral dan independen."Artinya semangat penegakan hukum jangan dicederai karena masyarakat begitu antusias untuk aksi mendukung (penegakan hukum)," ujar Lulung.Â
Sepertinya, ada yang keliru dengan konsep berpikir Haji Lulung. Di satu sisi ia sangat antusias dengan proses penegakan hukum. Namun di sisi lain, ia curiga bahwa Ahok pada akhirnya akan bebas dari jeratan kasus ini, sehingga ia perlu meminta penegak hukum untuk netral dan independen.Â
Ada kesan, jika penegak hukum netral dan independen, maka hasilnya pasti Ahok akan divonis bersalah. Dan sikap Ahok yang tenang dan happy merupakan satu indikasi bahwa Ahok sudah tahu bahwa nantinya ia akan divonis tidak bersalah. Jika tidak, tentulah ia tidak akan bisa tenang dan happy.
Apa yang membuat Haji Lulung merasa curiga dengan sikap Ahok?
Tentu, bukan tanpa alasan Haji Lulung menjadi curiga dengan sikap Ahok dalam meresponi status barunya itu. Memang, sudah lama terbangun di benak Haji Lulung bahwa  Ahok adalah orang sakti. Sebagaimana juga diamini oleh Yusril Ihza Mahendra, orang hebat yang juga  tidak bisa tidak, namun harus mengakui kesaktian Ahok.
Padahal, Yusril termasuk orang hebat, yang juga telah mendapat pengakuan dari Ahok. Namun sehebat-hebatnya orang hebat, pada akhirnya akan tetap kalah dengan orang sakti. Dan Yusril sudah membuktikannya melalui lika-liku pergulatannya  dalam pencalonan dirinya untuk bisa menjadi peserta di Pilkada DKI. Yusril akhirnya harus mengakui bahwa kesaktian Ahok bukanlah hipotesa belaka. Dan ternyata benar, orang hebat harus mengaku kalah kepada orang sakti.
Jika anda masih ingat acara Indonesia Lawyers Club dengan tema "Ahok di Pusaran Kasus Sumber Waras," hari Selasa (12/4/2016), yang mana bertepatan dengan pemeriksaan Ahok oleh KPK. Karni Ilyas, pemandu acara, merasa perlu untuk menghentikan perbincangan sejenak, ketika Ahok hendak keluar dari pintu gedung KPK. Saat itu, emua mata, termasuk Haji Lulung ingin memastikan warna baju yang dipakai oleh Ahok saat keluar. Sebelumnya, Haji Lulung sudah sangat yakin bahwa Ahok pasti keluar dengan menggunakan rompi oranye KPK.
Sial! Ternyata Ahok keluar dengan santainya tanpa rompi. Untunglah saat itu Haji Lulung bisa berpikir positif. Di benaknya, setidaknya masih ada harapan bahwa Ahok sudah tersangka. Mungkin saja waktu itu rompi oranye KPK pas kebetulan habis. Dan setelah ia mendapat konfirmasi bahwa stok rompi di KPK sangat cukup, ia pun masih bisa tersenyum, berbeda dengan rombongannya, yang sangat kecewa dan terpukul menyaksikan peristiwa Ahok melenggang keluar gedung KPK tanpa rompi sambil menyebut,"BPK ngaco." Â
Ada yang luput dari perhatian media ketika itu, menurut informasi dari salah satu sumber yang belum terkonfirmasi. Usai acara debat itu, Haji Lulung mendatangi Karni Ilyas dengan marah-marah guna mempertanyakan kebenaran informasi yang ditayangkan barusan oleh TVOne, yakni Ahok keluar tanpa rompi.
Haji Lulung mengajukan protes berat kepada Bang Karni, setelah ia memperoleh konfirmasi bahwa di Metro TV dan juga Kompas TV, ternyata Ahok juga keluar dari gedung KPK tanpa menggunakan rompi. Menurut Haji Lulung, sebagaimana semboyan TVOne " memang beda," maka ketika TV One menayangkan secara live momentum Ahok keluar tanpa rompi, maka peristiwa yang sebenarnya di gedung KPK adalah: Ahok keluar pakai, ingat! "Pakai" rompi. (Ini semua gara-gara Buni Yani, mulai sekarang setiap menulis harus teliti dengan kata "pakai," bisa-bisa kata "pakai" ini hilang saat sudah disebarkannya di medsos.)
Inilah yang menjadi pegangan Haji Lulung, bahwa TVOne memang beda. Lain dari tivi lain, sehingga ia masih bisa yakin bahwa saat itu Ahok sudah menjadi  tersangka dan keluar dengan menggunakan  rompi, walaupun secara live TVOne menayangkan lain.
Hal ini dikarenakan pengalaman Haji Lulung saat Pilpres 2014, di mana secara live TVOne menayangkan Quick Count hasil Pilpres dengan pasangan nomor urut satulah yang tampil sebagai pemenang. Beda dengan tivi lain, yang dengan kompak menayangkan pasangan nomor dua sebagai pemenang.
Bang Karni, yang saat itu kebingungan menjelaskan kepada Haji Lulung akhirnya meminta Haji Lulung bersabar, dan akan menanyakannya kepada tim liputan berita di gedung KPK; kenapa hasil liputannya bisa sama ( Ahok tanpa rompi) dengan tivi lain, padahal seharusnya TvOne beda.
Belum lagi dengan peristiwa hak angket, reklamasi, yang kesemuanya semakin menambah ketajaman indera ke enam Haji Lulung dalam menyikapi segala sesuatu yang berkenaan dengan Ahok. Pengalaman di atas tentu sangat membekas di sanubari Haji Lulung, sehingga kali ini ia pun menjadi sangat sensitif dengan segala tindak tanduk Ahok.Â
Dari perspektif Haji Lulung, Ahok yang sudah menjadi tersangka seharusnya meniru yang lain, yang hanya bisa pasrah setelah diberi status tersangka. Jikalaupun tidak terima dengan status tersangka, yang harus dilakukannya adalah praperadilan, sebagaimana juga dilakukan oleh yang lain untuk bisa membatalkan status tersangkanya.
Inilah yang membuat Haji Lulung heran melihat Ahok, bukannya meniru yang lain, justru sebaliknya  Ahok tenang dan happy. Dan yang membuat Haji lulung tambah curiga adalah, ketika Ahok mengucapkan terimakasih kepada kepolisian dengan status barunya itu, dan dengan percaya diri mengatakan siap untuk mengikuti proses selanjutnya di pengadilan.
"Biasanya kalau saudara Basuki Tjahaja Purnama ngomong 'lihat deh di pengadilan', saya sudah tahu tuh kalau dia ngomong ada sesuatu, bakalan dia bebas, gitu," ujar Haji Lulung.Â
Benarkah Ahok bakal bebas? Menurut Haji Lulung iya. Dan tentu, bukan tanpa dasar Haji Lulung bisa sampai pada kesimpulan demikian. Pengalaman empiris, dan juga kesaksian Yusril Ihza Mahendra  sangat mungkin membuatnya yakin dengan instingnya yang mengatakan bahwa pada akhirnya Ahok akan bebas.
Dan bebasnya kelak Ahok ini bukanlah satu-satunya masalah bagi Haji Lulung, ada masalah lain yang tidak kalah berat untuk bisa diterima dan dihadapinya. Ia merupakan pendukung berat pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, dan ketika Ahok dengan semangat dan percaya dirinya yang tinggi menyebut kemenangannya nanti dalam satu putaran, maka ini tentu merupakan mimpi buruk bagi Haji Lulung.
Ia sangat tahu bahwa Ahok tidak bisa menyimpan rahasia, sebagaimana ia nyatakan sebelumnya. Dan jika Ahok sudah mengatakan bahwa ia akan memenangkan Pilkada DKI dalam satu putaran, maka sesungguhnya Ahok sudah membuka rahasia hasil Pilkada DKI yang akan datang. Dan sudah pasti, hal ini membuat Haji Lulung tidak bisa tenang apalagi happy. Beda dengan Ahok, yang walaupun statusnya telah menjadi tersangka, namun ia bisa tenang dan happy.
Wajar kalau Haji Lulung heran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H