Katanya akan ada demo terus, bahkan sampai lebaran kuda. Nah, inipun jadi masalah baru bagi kami, karena kami tidak tahu kapan pastinya lebaran kuda itu terjadi, karena sama sekali tidak ada tertera di kalender kami.
Tuhan yang baik,
Maafkan lagi hamba karena telah lancang menulis panjang lebar. Andai saja ada tempat pengaduan yang lain, surat ini tidak akan pernah kutulis. Namun, hamba sepertinya tidak menemukan siapapun yang bisa membereskan persoalan ini tanpa perselisihan.Â
Presiden kami sudah mengatakan tidak mau mengintervensi kasus ini. Kepala Polisi juga bilang begitu. Ulama juga tidak bisa sependapat dalam hal ini. Apalagi anggota DPR, malah ada beberapa yang ikut demo kemarin, dan tidak perlulah kusebut namanya di sini, karena Engkau pasti tahu siapa saja mereka.
Sebenarnya ada warga Pulau Pramuka, kepada siapa Ahok mengutarakan pernyataan yang sekarang ini sudah menjadi perkara. Namun, lagi-lagi mereka juga  tidak bisa apa-apa.Â
Tuhan yang baik,
Bukan maksud hamba mau mengintervensi Engkau ya Tuhan yang Maha adil. Jauhlah kiranya hal itu dari pikiran hambaMu. Maha adil Engkau selamanya ya Tuhan, dan tidak ada dusta di hadapanMU.Â
Sekiranya kami mendapatkan keputusan yang benar dan adil dalam perkara ini ya Tuhan, apapun itu. Asalkan baik bagi bangsa kami dan tidak lagi mendatangkan malapetaka. Itulah yang hambaMu mohonkan ya Tuhan dan kiranya Engkau berkenan mendengar seruan hamba.
Bangsa ini sangat lelah ya Tuhan, dan kami terlalu sering berselisih oleh soal agama dan Tuhan. Ampuni kami telah seringkali mendahului Tuhan untuk urusan keyakinan sesama kami. Kami sebenarnya sadar, bahwa tidak satupun dari kami yang telah pernah datang ke sorgaMU. Namun, ada kalanya kami berlaku seakan-akan kami sudah dari sana, dan di sini kami berlaku menjadi penentu siapa kelak bisa ada di sana bersama Tuhan.
Ampunilah kami ya Tuhan karena kami seringkali terlalu.
Permintaan terakhir hamba ya Tuhan, janganlah terburu-buru menuruti permintaan Ahok, karena dia pernah berucap "mati adalah keuntungan," entah apa yang dimaksudkannya, hamba tidak tahu. Dia memang begitu bicaranya, ampunilah kiranya dia, yang suka bicara seadanya.