Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perihal Ahok: Surat untuk Tuhan

14 November 2016   21:20 Diperbarui: 14 November 2016   21:24 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada : Tuhan yang ada di sorga

Perihal  : Ahok 

Tuhan yang baik,

Maafkan hamba telah dengan lancang menuliskan surat ini padaMu. Andai situasinya tidak begitu mendesak, mungkin saja surat ini tidak akan pernah kutulis. Namun sepertinya tidak demikian, dan situasi ini sungguh sangat membebani kami ya Tuhan. Pikiran dan konsentrasi kami terpecah, banyak hal terbengkalai dan pekerjaan kami banyak yang terganggu. Beberapa dari antara kami merasa cemas dan was-was, akan seperti apa kejadiannya nanti. Sekiranya Engkau berkenan untuk turut serta dan ambil bagian dalam perkara ini, sehingga kami bisa lega dan tidak lagi saling curiga.

Tuhan yang baik,

Pastilah Engkau sudah tahu besok Selasa, gelar perkara kasus Ahok akan dilaksanakan, dan kami di sini harap-harap cemas seperti apa nantinya hasilnya. Kata polisi kemungkinan hasilnya hari Rabu, atau paling lambat hari Kamis.Belum tahu juga kalau nanti berubah.

Sebenarnya gelar perkara besok tidak jadi masalah bagi kami, persoalannya sebagian dari kami sepertinya akan menolak jika hasilnya tidak sesuai dengan kemauan mereka. Ini yang menjadi masalah, dan  kami tidak tahu lagi kepada siapa kasus ini hendak kami limpahkan. 

Dengar-dengar sih kemungkinannya bisa dua: Ahok dinyatakan bersalah dan jadi tersangka penista agama, atau Ahok dinyatakan tidak bersalah dan bebas dari tuduhan penistaan agama.

Kalau memang nantinya Ahok dinyatakan bersalah, katanya dia sih sudah siap dipenjara. Namun, masalahnya bukan karena Ahok siap, lalu dia pun begitu saja dimasukkan ke penjara. Apalagi karena jumlah mereka yang berteriak "penjarakan Ahok" lebih banyak dan suaranya lebih keras dari mereka yang meyakini bahwa Ahok tidak bersalah.

Tuhan, Engkau kan tahu, negara kami negara demokrasi. Bisa saja sebagian dari kami beranggapan suara terbanyaklah suara rakyat, dan suara rakyat adalah suara Tuhan. Padahal, bisa saja tidak seperti itu, karena suara Tuhan tidak harus mengikuti suara kami, dan kami tidak tahu sebenarnya seperti apa, karena tidak ada yang memberi tahu kami.

Bagaimana pula nanti jika ternyata Ahok dinyatakan tidak bersalah oleh polisi? Nah ini bisa menjadi rumit. Pasalnya, sebagian dari kami sudah sedemikian yakin bahwa Ahok bersalah dan harus dipenjara. Dan jika gelar perkara menyatakan lain, entahlah akan seperti apa kelanjutannya.

Katanya akan ada demo terus, bahkan sampai lebaran kuda. Nah, inipun jadi masalah baru bagi kami, karena kami tidak tahu kapan pastinya lebaran kuda itu terjadi, karena sama sekali tidak ada tertera di kalender kami.

Tuhan yang baik,

Maafkan lagi hamba karena telah lancang menulis panjang lebar. Andai saja ada tempat pengaduan yang lain, surat ini tidak akan pernah kutulis. Namun, hamba sepertinya tidak menemukan siapapun yang bisa membereskan persoalan ini tanpa perselisihan. 

Presiden kami sudah mengatakan tidak mau mengintervensi kasus ini. Kepala Polisi juga bilang begitu. Ulama juga tidak bisa sependapat dalam hal ini. Apalagi anggota DPR, malah ada beberapa yang ikut demo kemarin, dan tidak perlulah kusebut namanya di sini, karena Engkau pasti tahu siapa saja mereka.

Sebenarnya ada warga Pulau Pramuka, kepada siapa Ahok mengutarakan pernyataan yang sekarang ini sudah menjadi perkara. Namun, lagi-lagi mereka juga  tidak bisa apa-apa. 

Tuhan yang baik,

Bukan maksud hamba mau mengintervensi Engkau ya Tuhan yang Maha adil. Jauhlah kiranya hal itu dari pikiran hambaMu. Maha adil Engkau selamanya ya Tuhan, dan tidak ada dusta di hadapanMU. 

Sekiranya kami mendapatkan keputusan yang benar dan adil dalam perkara ini ya Tuhan, apapun itu. Asalkan baik bagi bangsa kami dan tidak lagi mendatangkan malapetaka. Itulah yang hambaMu mohonkan ya Tuhan dan kiranya Engkau berkenan mendengar seruan hamba.

Bangsa ini sangat lelah ya Tuhan, dan kami terlalu sering berselisih oleh soal agama dan Tuhan. Ampuni kami telah seringkali mendahului Tuhan untuk urusan keyakinan sesama kami. Kami sebenarnya sadar, bahwa tidak satupun dari kami yang telah pernah datang ke sorgaMU. Namun, ada kalanya kami berlaku seakan-akan kami sudah dari sana, dan di sini kami berlaku menjadi penentu siapa kelak bisa ada di sana bersama Tuhan.

Ampunilah kami ya Tuhan karena kami seringkali terlalu.

Permintaan terakhir hamba ya Tuhan, janganlah terburu-buru menuruti permintaan Ahok, karena dia pernah berucap "mati adalah keuntungan," entah apa yang dimaksudkannya, hamba tidak tahu. Dia memang begitu bicaranya, ampunilah kiranya dia, yang suka bicara seadanya.

Ampuni juga kami yang sudah saling menghina satu sama lain. Kami lupa bahwa kami ada di bumi yang sama, dan sesungguhnya telah Kau cipta satu sama lain untuk menjadi saudara.

Hamba sudahi sampai di sini ya Tuhan, semoga ini menjadi surat terakhir hamba dengan harapan ke depan semua akan baik adanya.

Hamba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun