2. Kelompok pegiat pungli, broker pemungut fee, dan mereka  yang sebelumnya begitu bebas melakukan kong kali kong dalam hal anggaran dan belanja.
3. Masyarakat yang menjadi pendukung Partai Gerindra ( jika masih ada) dan massa agama PKS.
Ketiga kelompok ini memang semakin susah di masanya Presiden Jokowi. Untuk kelompok elit hal ini sangat dirasakan oleh Gerindra dan  PKS dan juga Demokrat tentunya. Â
Bahkan untuk PKS, partai yang dikenal senang main di dua kaki ini merasakan krisis berat di masa pemerintahan Jokowi. Selain absen di kabinet, silent operation yang hendak mereka coba gunakan untuk bisa diterima di pemerintahan ternyata gagal. Pak Jokowi sepertinya tidak mau melakukan kesalahan SB, dan tidak lagi memberi hati untuk partai yang satu ini.Â
Masa pemerintahan sebelumnya, partai ini merasakan kenyamanan dengan  bermain di dua kaki. Di satu sisi berada di koalisi pemerintahan SBY dan menikmati kursi kabinet beserta fasilitasnya. Di sisi lain,  partai ini juga tidak henti-hentinya menyoroti sisi negatif pemerintah untuk kepentingan pencitraan dirinya. Mereka memukul SBY, sekaligus menikmati fasilitas yang diberikan SBY karena ikut di koalisinya.
Bahkan, Ruhut Sitompul sangat geram dengan ulah partai yang satu ini pernah meminta SBY untuk mengeluarkan partai ini dari koalisi dan kabinet. Entahlah, apa yang menjadi dasar Pak Beye hingga tetap mempertahankan PKS hingga berakhirnya masa jabatannya.
Tentu partai seperti PKS ini sangat tidak menyukai perubahan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Perubahan menjadi sesuatu yang mengusik kenyamanan mereka. Mereka terkurung oleh minimnya isu yang bisa diolah. Hampir tidak ada lagi demonstrasi massa PKS di masa Jokowi, karena mereka tidak bisa menemukan celah untuk didemo.
Bagi PKS,  demonstrasi sangat penting untuk menunjukkan eksistensi mereka. Demonstrasi sangat diperlukan  untuk menjaga semangat kostituen mereka agar  tetap panas membara, seperti sebelum-sebelumnya. Apalagi lambang partainya yang sudah terlanjur kotor karena pernah keinjak sapi dan perlu dipoles menjadi bersih. Ya bersih dan peduli, katanya.
Di sisi lain, tidak ada sosok internal yang bisa mereka jual di level nasional. Belum lagi Fahri Hamzah, yang juga sebelas duabelas dengan Fadli Zon, yang justru  menjadi salah satu penyebab gagalnya strategi dua kaki yang sedang mereka upayakan, sehingga perlu untuk dilengserkan dari kursi wakil ketua DPR.
Tanpa isu tentu akan sulit bagi PKS untuk mendapat panggung, senjata khas mereka yakni isu konspirasi Ci Onis, Wahyudi  dan Mamarika juga sudah tidak laku, alias kadaluarsa.
Oleh karena itu, mereka memang sangat berkepentingan jika pemerintahan yang ada saat  ini tidak berhasil, atau setidaknya ada isu besar yang bisa dikritisi dan didemo supaya mereka beroleh panggung untuk mencitrakan diri sebagai partai yang peduli.