Pilkada DKI, sekalipun tidak bisa tidak terhindarkan, dan akan menjadi suatu benturan, namun sangat potensial untuk tidak menimbulkan konflik, malah justru dapat menciptakan kesadaran baru akan perlunya  akomodasi antar peradaban dengan cara meletakkan proses yang terjadi di tempat yang semestinya, yakni proses politik.
Komunikasi atau media sangat berperan besar melahirkan persamaan pandangan, bukan lagi menyoroti perbedaan peradaban, tetapi bagaimana publik bisa diyakinkan untuk menggunakan perspektif yang benar. Publik memiliki kesamaan tujuan atau kepentingan bersama jika petahana kelak terpilih, atau melanjutkan kepemimpinan. Sekaligus, kesadaran bersama akan kerugian yang bisa timbul jika kepemimpinan baru dihasilkan melalui proses pengelabuan, yang tujuan utamanya sengaja disembunyikan dan dibungkus melalui perbedaan peradaban.
Teori Huntington bisa menjadi relevan di Pilkada DKI jika publik tidak waspada, dan sebaliknya warga DKI atau Indonesia dalam konteks yang lebih luas bisa memberi pesan pada Huntington dan penganut teorinya, bahwa pemikirannya tersebut tidak berlaku untuk Indonesia, karena keberadaan Indonesia justru terpelihara oleh perbedaan budaya, peradaban leluhur kita yang menghargai kebhinnekaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI