Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ini Bukan Lelucon, Yusril Akhirnya Mendukung Ahok

12 September 2016   17:56 Diperbarui: 12 September 2016   18:21 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : tribunnews.com

Tentu saya tidak sedang bercanda saat menulis artikel ini. Kemungkinan Yusril pada akhirnya mendukung Ahok di Pilgub DKI 2017 sangat bisa. Kok bisa?

Inilah politik. Politik adalah juga seni, sekaligus permainan. Siapa yang lihai dalam bermain bisa saja beruntung. Sebaliknya, siapa yang bisa dipermainkan atau dikadali bisa saja kecewa dan sakit hati. Dan ketika sakit hati itu sedemikian menggores  dan menyakitkan, bisa saja ia  menuntut pelampiasan. Ya, pelampiasan sakit hati dan kecewa yang tak lagi mampu dipendam dan akhirnya minta dibalaskan.

Lalu apa hubungannya dengan dukungan Yusril ke Ahok?

Sebagaimana yang kita tahu, PKB sebelumnya sudah mencetuskan 'poros alternatif' sebagai buntut penolakan terhadap Sandiaga dipasangkan dengan Mardani Ali Sera, kader PKS  yang disebut sudah mendapat persetujuan dari Prabowo Subianto.

Yusril, bersama dengan Saefullah bahkan segera dideklarasikan oleh relawannya dengan klaim akan diusung oleh koalisi tiga partai yakni PKB, PPP, dan Demokrat, bahkan bisa menjadi empat partai dengan PAN.

Klaim Yusril ini tentu saja sangat mengganggu Sandiaga Uno, yang sangat berharap akan didukung penuh oleh koalisi kekeluargaan minus PDIP. Sandiaga sangat tidak percaya diri jika maju di Pilgub DKI hanya dengan dukungan Gerindra dan PKS. Jangankan menandingi Ahok, mengungguli Yusril saja merupakan sesuatu hal yang mustahil, mengingat Yusril masih jauh lebih populer dibanding dirinya. 

Demikian halnya dengan Mardani Ali Sera, yang juga sangat jauh dari terkenal dan dikenal oleh masyarakat Jakarta, kecuali oleh massa PKS yang akan segera menyebut-menyebut dan melebih-lebihkan kehebatan Mardani jika sudah sah dan diumumkan sebagai cawagub PKS. Tentu, Sandiaga menyadari bahwa teknik melebih-lebihkan yang biasa digunakan PKS ini sangat jauh dari cukup untuk dapat mengungguli Yusril, apalagi menandingi  Ahok.

Bisa dipastikan, Sandiaga akan segera melakukan gerak cepat guna memgamputasi dukungan parpol ke Yusril. Parpol pertama yang akan "dijinakkan" Sandiaga tentu PKB, yang sebelumnya telah menghembuskan 'poros alternatif'. Gerak cepat Sandiaga ini sudah mulai  terbaca hari ini, ketika DPW PKB DKI menyatakan bahwa mereka kemungkinan akan balik untuk kembali bersama dengan Gerindra.

Langkah selanjutnya ialah, Sandiaga wajib berapapun harganya 'membeli' setidaknya kursi  satu parpol yang disebut Yusril bakal mendukung dirinya, sehingga tidak lagi mewujudkan niat mereka mendukung Yusril.  Yang paling efisien bagi Sandiaga ialah PAN, yang hanya  memiliki dua kursi, sehingga tidak terlalu sulit untuk dinegosiasikan.

Jika Sandiaga berhasil melakukan ini, maka dukungan PPP dan Demokrat terhadap Yusril akan menjadi sia-sia, karena kurang satu kursi lagi guna mengusung satu pasangan calon yang harus diajukan oleh  minimal 21 kursi dari parpol maupun gabungan parpol atau 25 % jumlah suara sah pada pileg 2014 sebanyak 4.537.227 sehingga suara minimal gabungan parpol adalah 1.134.306 suara sah Pileg 2014. 

Dengan demikian, seberapa kuat pun dukungan PPP dan Demokrat terhadap Yusril hal tersebut akan  sia-sia karena Yusril tetap tidak bisa diusung. Dan sangat bisa diduga, kedua partai tersebut pada akhirnya akan berpindah ke Sandiaga.

Jika ini yang terjadi, maka Yusril pasti akan kecewa bahkan sangat kecewa, dan sangat mungkin juga sakit hati. Kecewa, karena ia gagal bertarung di pilgub DKI 2017 karena "dijegal" atau "dikadali" oleh Sandiaga, yang dengan kelihaiannya berhasil mengamputasi dukungan satu parpol ke Yusril, di saat paling kritis dimana  peluangnya untuk menumbangkan Ahok sudah terbuka. 

Perbuatan Sandiaga ini, pada akhirnya juga berhasil memaksa dua parpol lainnya tidak bisa berbuat apa-apa, lalu akhirnya memutuskan untuk mendukung Sandiaga ketimbang tidak mendapat apa-apa. Jika mendukung Ahok juga akan sangat memalukan, karena sebelumnya sudah berkata tidak pada Ahok.

Tidak bisa dipungkiri, namanya sakit hati  bisa saja melahirkan emosi yang tidak terkendali, yang sangat mungkin berujung pada tindakan frustrasi dan mendorong Yusril  membalaskan sakit hati  kepada Sandy.

Sandi sudah menggagalkan harapan Yusril, maka Yusril juga bisa melakukan hal yang sama. Lalu, Yusril akhirnya menyatakan dukungan kepada Ahok. "Biar Sandiaga tahu seperti apa rasanya sakit hati," gumam Yusril yang kini sedang mengamat-amati langkah Sandiaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun