Mohon tunggu...
gualbertus oka
gualbertus oka Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Patmi dalam Liputan6.com

5 April 2017   16:45 Diperbarui: 6 April 2017   00:30 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Pernah dengar nama Patmi? Bagi masyarakat kebanyakan yang mengikuti arus informasi di media massa akhir-akhir ini tentu bukan nama yang asing. Namun bagi yang tidak mungkin Patmi dianggap barang atau benda asing. Sesuatu yang baru saja kedengaran. Patmi memang bukan nama seorang pejabat atau tokoh revolusi yang muncul di era ini. Ia hanyalah sosok masyarakat kelas bawah yang merepresentasikan persoalan serius yang sedang dialami bangsa ini. Bangsa Indonesia.

            Judul singkat di atas adalah sebuah perwakilan dari masalah yang sekali lagi bukan masalah ringan karena menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat banyak. Secara khusus masyarakat kelas bawah yang menyandarkan nasib pada sektor pertanian semi modern. Pertanian yang masih berada di dalam tahap transisi menuju pertanian modern yang tentunya ditandai dengan penggunaan sumber daya yang besar dan luas. Judul sederhana di atas setidaknya memberikan bocoran akan persoalan kompleks yang akan dikupas yaitu lingkungan. Ada korelasi yang cukup dekat antara sosok seorang Patmi dengan persoalan lingkungan yang pada giliran lainnya menyentuh persoalan media. Artinya ada jalur yang akan ditempuh dari masalah tentang lingkungan (diwakili oleh Patmi dengan keseluruhan masalah di baliknya) sampai kepada media massa (diwakili oleh Liputan6.Com)

            Bagi yang intens mengikuti berbagai informasi terkini tentu tahu bahwa pada pertengahan bulan Maret 2017 di daerah Kendeng, Rembang, Jawa Tengah terjadi unjuk rasa atau aktivitas penolakan terhadap keberadaan pabrik semen dengan pihak PT. Semen Indonesia sebagi pihak pengelola pabriknya. Unjuk rasa atau aksi protes ini tidak datang dari para investor swasta yang mungkin merasa tersaingi dengan keberadaan pabrik milik negara yang berada di bawah kendali BUMN. Aksi unjuk rasa ini ternyata datang dari masyarakat kelas bawah yang adalah petani dan para aktivis ataupun organisasi-organisasi pro lingkungan. Pihak-pihak yang melabeli dirinya sebagai pecinta dan pemerhati masalah-masalah seputar lingkungan hidup.

             Aktivitas kontra pabrik semen ini pun dilakukan di depan Istana Negara dengan cara mencor kaki para petani dengan menggunakan semen. Tentu goaldari aksi nekat binektrim ini adalah untuk mengundang sikap orang nomor satu di republik ini yaitu presiden ataupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan keberadaan pabrik semen di daerah mereka. Siapa sangka tindakan penolakan ini akhirnya memakan korban. Diberitakan bahwa Patmi seorang petani yang dicor kakinya dalam aksi protes tersebut meninggl dunia beberapa saat  setelah coran semen di kakinya dilepas. Perempuan berumur 48 tahun ini dikabarkan sempat muntah-muntah setelah keluar dari kamar mandi dan akhirnya meninggal (http://news.liputan6.com/read/2894359/detik-detik-meninggalnya-patmi-peserta-aksi-semen-kaki, diakses pada tanggal 4 April 2017).

            Lantas apa yang menjadi kekuatan para petani tersebut termasuk Patmi yang akhirnya meninggal untuk memberanikan diri melakukan aksi protes yang boleh dibilang ektrim. Jawabannya sangat sederhana. Pabrik semen menyengsarahkan hidup mereka pada waktu yang akan datang. Namun apakah hanya sebatas itu? Tidak. Ada alasan lain yang pada dasarnya lebih kompleks yaitu pabrik semen tidak pro lingkungan. Kehadiran parik semen membawa dampak yang disadvantagesterhadap keberlangsungan sebuh lingkungan. Mengapa? Karena aktivitas pabrik semen berpotensi mengurangi debit air atau bahkan menghilangkan sumber air, pertanian penduduk berantakan, dan alam akan rusak (http://news.liputan6.com/read/2896749/perlawanan-satu-dekade-petani-kendeng, diakses pada tanggal 4 April 2017). Demikianlah alasan yang mereka klaim sebagai kebenaran. Alasan yang mereka pakai sebagai perlindungan dalam aksi protes mereka.

            Untuk melihat adanya potensi kerusakan lingkungan akibat adanya pabrik semen maka penting untuk memahami apa konsep dari lingkungan. Dalam hal ini lingkungan hidup. Lingkungan menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf  adalah “semua faktor ekternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusia” (http://eprints.walisongo.ac.id/1683/3/093811033_Bab2.pdf). Ini adalah salah satu batasan tentang lingkungan yang boleh digunakan untuk menjelaskan masalah pabrik semen. Dari batasan ini kita bisa membaca dengan jelas bahwa pembicaraan mengenai lingkungan hidup adalah pembicaraan yang tidak terlepas dari faktor biologis (mahkluk hidup) maupun benda-benda mati yang mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia dan juga mahkluk hidup lainnya. Artinya bahwa lingkungan adalah pen-supportbagi manusia untuk mempertahankan hidupnya dalam kegiatan produksi, konsumsi, distribusi maupun reproduksi. Sebuah pertaanyan sederhna. Apakah air adalah salah satu komponen di dalam lingkungan hidup? Jawabannya tentu iya.Mengapa? Karena air memiliki pengaruh langsung terhadap keberlangsungan hidup manusia. Dengan demikian adalah sesuatu yang wajar bagi para petani dari daerah Kendeng yang mengklaim bahwa pembangunan dan juga pengoperasian pabrik semen di daerah tempat tinggal mereka tidak pro terhadap keseimbangan lingkungan. Hemat kata merusak lingkungan sebab akan merusak atau menghilangkan sumber air yang nantinya digunakan untuk mengairi sawah ataupun kebutuhan hidup lainnya. Bagaimana jadinya jika air yang sangat krusial dalam hidup manusia ketersediaannya tidak mencukupi.

             Lalu bagaimana hubungan antara masalah pabrik semen yang boleh kita pahami sebagai masalah lingkungan hidup dengan eksistensi sebuah media massa. Dalam kasus ini media massa onlineLiputan6.com. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa hubungan media massa (Liputan6.com) dengan persoalan pabrik semen yang menuai protes adalah hubungan mediasi. Artinya media memfasilitasi proses penyebaran informasi kepada publik Indonesia maupun global tentang adanya tindakan unjuk rasa atau protes terhadap pemerintah Indonesia baik presiden maupun kementrian terkait masalah lingkungan dan perindustrian karena melegalkan keberadaan sebuah pabrik semen milik negara (PT. Semen Indonesia) di wilayah mereka. Aksi protes sebagai bentuk ketidaksetujuan ini didasarkan pada alasan bahwa pabrik semen merusak lingkungan hidup. Publik kemudian  mengetahui, bersikap dan juga bertindak karena adanya sebuah produk media yakni berita yang memuat masalah ini. Namun tidak berhenti di situ. Untuk pemahaman yang mendalam perlu juga kita melihat dunia media. Salah satunya konsep atau teori-teori yang menjiwai kehidupan media dengan maksud melihat bagaimana media meperlakukan sebuah masalah termasuk masalah pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.

            Di dalam dunia komunikasi khususnya komunikasi massa dikenal sebuah teori yaitu teori agenda setting. Teori ini memberikan gambaran bahwa media massa akan membentuk atau mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan publik yang kemudian mempengaruhi opini mereka. Artinya bahwa media massa memiliki peran besar dalam mem-from cara pandang khalayak atau audience terhadap produknya. Salah satunya adalah berita (https://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/komunikasi-massa-a5.PDF).  Adapun asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa media membentuk persepsi (cara pandang khalayak) terhadap sesuatu yang dianggap penting. Di dalam berbagai sajian media massa (berita misalnya) topik-topik pemberitaan yang paling sering diperhatikan oleh media massa akan menjadi topik yang lebih akrab bagi pembaca ataupun pendengarnya. Jika media menyajikan berita bencana alam di suatu daerah dalam jenjang waktu yang cukup lama maka isu atau topik itulah  yang berkembang dan hangat dibicarakan oleh publik atau masayarakat yang memiliki akses terhadap pemberitaan media massa. Secara sedehana pejelasannya bisa dilihat pada ilustrasi di bawah ini.

Agenda Setting (media)      ...........................>>     Agenda Khalayak

                                                          Menjadi 

            Hal semacm ini pun berlaku di dalam kasus pabrik semen PT Semen Indonesia yang menuai kontroversi dari masyarakat setempat kemudian masyarakat kebanyakan yang juga pro terhadap lingungan hidup dengan prinsip yang sama yaitu pabrik semen merusak lingkungan. Ketika media (Liputan6.com) mengekspose kasus ini ke dalam sajiannya berupa berita maka bukan sebuah kemungkinan lagi kalau saja publik yang mengakses media ini akan digiring opini atau pengetahuannnya untuk bersikap pro ataupun kontra terhadap masalah pabrik semen. Pihak yang pro lingkungan hidup akan meyakini bawa pabrik semen akan mendatangkan masalah baru. Apapun alasannya. Sedangkan pihak yang kontra akan melihat sisi lain yang akan mendapat keuntungan di balik berdirinya sebuah parbik semen milik negara tersebut. Pabrik semen tidak banyak merugikan lingkungan dengan beregam alasan yang mereka kemukakan. Namun tidak sebatas itu. Perlu juga dipahami atau dibaca dengan kaca mata lain bagaimana media massa (Liputan6.com) memformat beritanya. Apakah lebih condong ke kubu pro atau sebaliknya kubu kontra. Apakah maksud dari media ini adalah agar audiencenya sepakat bahwa pabrik semen bukan masalah atau sebaliknya pabrik semen adalah masalah sehingga mereka-mereka yang telah melakukan aksi protes perlu mendapat dukungan dari publik Indonesia. Semua dipengaruhi dan diarahkan oleh kerja media.

            Di dalam isi pemberitaan media onlineLiputan6.com terkait masalah pabrik semen beberapa waktu lalu dan hingga saat ini ada dua wilayah yang disentuh. Pertama,wilayah masyarakat. Ha ini ditandai dengan format pemberitan yang secara berulang kali menyajikan berita terkait jumlah aktivitas penolakan terhadap keberadaan pabrik semen. Selain itu juga pemberitaan mengenai Patmi korban yang meninggal dalam aksi protes dengan cara mengecor kaki pun diulas secara panjang lebar. Beberaapa judul berita yang boleh diambil sebagai bukti adalah sebagai berikut: “ Nestapa Petani Kendeng Menolak Pabrik Semen”, “ Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng”, dan “Detik-detik Meninggalnya Patmi, Peserta Aksi Semen Kaki” juga beberapa judul berita lainnya (http://www.liputan6.com/tag/pabrik-semen). Di sini kita bisa melihat bahwa media dalam hal ini Liputan6.com memiliki konsentrasi pemberitaan yang berpihak pada masayarakat. Secara khusus mereka yang melakukan aksi protes. Lantas apakah media terkait pro terhadap lingkungan hidup karena masalah pabrik semen adalah masalah terkait lingkungan? Bisa jadi benar tetapi bisa jadi keliru.

            Kedua,wilayah pemerintah. Hal ini ditandai dengan format pemberitan yang juga banyak memuat pertaggungjawaban dari pihak pemerintah terkait keberadaan pabrik semen PT Semen Indonesia di daerah Kendeng, Rembang, Jawa  Tengah. Ada kalkulasi matematis terkait utung rugi dari kehadiran pabrik semen ini terhadap tingkat pendapatan negara, pertumbuhan ekonomi, dan penyerapan tenaga kerja. Ada beberapa judul pemberitaan yang dapat dijadikan bukti adalah sebagai berikut: “Menprin: Pabrik Semen Rembang Serap 1.600 Tenaga Kerja”, “Protes Pabrik Semen Rembang, Pemerintah Minta Warga Menunggu”, dan “Penolakan Pabrik Semen Rembang Bisa Rusak Iklim Investasi”, serta beberapa judul berita lainnya (http://www.liputan6.com/tag/pabrik-semen). Seperti sebelumnya di sini pun kita bisa melihat bahwa media juga berdiri di pihak pemerintah lewat pemberitaannya. Dengan penjelasan matematis tersebut pemerintah yang difasilitasi oleh media mau meyakinkan masyarakat Kendeng khususnya maupun masyarakat Indonesia umumnya bahwa pabrik semen tidak selamanya  mendatangkan kerugian alam. Ada banyak sektor yang akan mendapatkan manfaatnya di kemudian hari. Lantas apakah media (Liputan6.com) kontra terhadap masalah lingkungan karena format beritanya pun berisi pertanggungjawaban bahwa pabrik semen tidak selamanya medatangkan bencana? Bisa jadi benar bisa jadi keliru.

            Berhadapan dengan realitas semacam ini sebagai publik yang selalu berhadapan dengan media atau  selalu bermedia apa yang harus kita sikapi dan kita tindaki? Pertanggungjawaban sederhananya adalah kita kembali kepada pemahaman tentang dunia media lewat penjelasan teori agenda setting. Kita perlu paham bahwa media bukan sumber kebenaran tetapi intensitas pemberitaan media dalam memberitakan sebuah masalah dengan jenjang waktu cukup lama akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi khalayak. Hal itulah yang akan diyakni sebagai sebuah kebenaran. Namun bukan kebernaran objektif melainkan kebenaran subjektif yang berasal dari media. Apabila media intens menjangkau wilayah masyarakat maka besar kemungkinan kalau keyakinan masyarakat akan cendrung pro bahwa keberadaan pabrik semen mengancam lingkungan. Tetapi apabila sebaliknya media (Liputan6.com) intens menjangkau wilayah pemerintah maka besar kemungkinan pula bahwa tidak sedikit masyarakat yang mengakses berita lewat media ini kontra terhadap pandangan bahwa pabrik semen mendatangkan masalah lingkungan.

            Sebuah kesimpulan sederhana yang boleh kita ambil dari ulasan “Patmi dalam Liputan6.com” adalah bahwa memahami sistem kerja media dalam memberitakan sebuah masalah bukanlah perkara sederhana. Media bukan pilar atau sektor kecil yang tidak memiliki akses dalam membentuk pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap sebuah persoalan yang telah, sedang ataupun akan terjadi. Telaah kasus ini setidaknya memberikan gambaran bahwa persepsi pro dan kontra terhadap persoalan pabrik semen sebagai sebuah masalah lingkungan di dalam masayarakat boleh jadi adalah hasil kerja media. Dengan demikian sebagai masayarakat ataupun publik  yang sejatinya memiliki hak untuk memperoleh informasi yang objketif perlu bersikap bijak. Agenda media bisa jadi agenda khalayak. Kebenaran media bisa jadi keberan kita.

Daftar Pustaka:

http://tv.liputan6.com/read/2898664/video-nestapa-petani-kendeng-menolak-pabrik-semen 

http://bisnis.liputan6.com/read/2892100/menperin-pabrik-semen-rembang-serap-1600-tenaga-kerja

http://news.liputan6.com/read/2887128/protes-pabrik-semen-rembang-pemerintah-minta-warga-menunggu

http://bisnis.liputan6.com/read/2892615/penolakan-pabrik-semen-rembang-bisa-rusak-iklim-investasi

https://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/komunikasi-massa-a5.PDF

http://news.liputan6.com/read/2896749/perlawanan-satu-dekade-petani-kendeng

http://www.liputan6.com/tag/pabrik-semen

http://eprints.walisongo.ac.id/1683/3/093811033_Bab2.pdf

           

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun