Setiap hari atau bahkan setiap akan melakukan aktivitas tertentu kita selalu melihat diri melalui cermin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kita. Kegiatan bercermin hampir sama dengan dengan kegiatan berefleksi. Refleksi merupakan salah satu cara kita untuk mengetahui dan memahami diri kita sendiri. Hal ini seakan kita berdialog dengan diri kita sendiri dalam memaknai peristiwa yang telah kita alami. Kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan diri kita dan melakukan perbaikan sehingga mampu berubah menjadi lebih baik. Tentu saja perubahan diri kita menjadi lebih baik akan berpengaruh pada lingkungan sekitar kita.
Sama halnya dengan salah satu kegiatan dalam CGP yaitu menulis jurnal refleksi dwi mingguan. Kegiatan ini merupakan tantangan bagi para CGP untuk berusaha berubah menjadi lebih baik dan membawa perubahan positif di sekolah masing-masing. Para CGP berusaha memahami hal-hal yang sudah dilalui dalam kurun wakt tersebut, merasakan perubahan pola pikir dan emosional serta memotivasi untuk menerapkan belajar sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan ajaran dari KHD yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
Penulis membuat refleksi dwi mingguan menggunakan model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL). Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Model berefleksi dengan struktur description, examination dan articulating of leraning. Pada bagian description, penulis menggambarkan atau mendeskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana). Pada bagian examination, melakukan analisis pengalaman dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya. Yang terakhir bagian articulation of Learning, menjelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang.
Descriptions
Program guru penggerak merupakan salah satu program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Harapannya guru penggerak mampu memajukan pendidikan Indonesia dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, guru penggerak merupakan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Pada saat pelaksanaan program ini, guru tetap melaksanakan tugas pokoknya yaitu mengajar.       
Saat ini, penulis sedang melaksanakan pelatihan guru penggerak angkatan kesembilan yang sudah berjalan kurang lebih dua minggu. Selama itu juga calon guru penggerak angkatan sembilan sudah melakukan pelatihan secara mandiri yang di didampingi oleh Pengajar Praktik dan seorang fasilitator.
Pada hari Rabu tanggal 16 Agustus 2023 Program Guru Penggerak Jawa Tengah dibuka oleh Kepala Balai Besar Guru Penggerak Jawa tengah, Bapak Darmadi, S.Pd., M.Pd secara daring. Acara tersebut dihadiri juga oleh Kapokja Transformasi Kepemimpinan Sekolah, Koordinator Fasilitator Angkatan 9, Koordinator Admin PPGP angkatan 9 dan aktor pendukung PGP Jateng. Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 akan dilaksanakan selama enam bulan yaitu terhitung sejak 16 Agustus 2023 sampai dengan 28 April 2024. Selanjutnya, pembelajaran dimulai tanggal 21 Agustus 2023.
Pada tanggal 21 Agustus 2023 pada program pendidikan guru penggerak angkatan ke-9 melaksanakan pengenalan LMS. Pada kegiatan ini, penulis mendapat kelas 50 yang dipandu oleh Ibu Yuliani Eryaningtyas pada sesi 2. Pada tanggal 22 Agustus 2023 pukul 15.30 WIB mulai eksplorasi konsep. Selanjutnya pada tanggal 23 Agustus 2023 dan 24 Agustus 2023 kolaborasi penugasan kelompok dan dilanjutkan pada tanggal 24 Agustus 2023 kolaborasi pemahaman berupa presentasi kelompok. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan secara daring (online).
Beberapa kegiatan di LMS setelah kolaborasi pemahaman adalah demontrasi kontekstual. Setelah beberapa kegiatan, lokakarya orientasi dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2023 mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 15. 15 WIB dan dilanjutkan elaborasi pemahaman pada sesi kedua yaitu 15.30 WIB sampai dengan 17.00 WIB melalui Gmeet di LMS.
Pada modul 1.1. Pendahuluan, CGP diminta untuk menyaksikan video yang berisi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara. Dimana pada modul tersebut membahas konsep pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya terhadap penerapan pendidikan abad 21. Pada modul 1.1.a.3 Mulai dari Diri, dengan membuat refleksi diri berkaitan pehamaman mengenai Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Selanjutnya pada Eksplorasi konsep, CGP diharapkan memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai tujuan dan asas pendidikan;menganalisis konsep-konsep pemikiran KHD berdasarkan pengalaman pembelajaran yang berpihak pada murid.
Pada demonstrasi Kontekstual berupa mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - dalam sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, dll) dan mempublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang di praktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara. Penulis membuat demontrasi konstektual dalam bentuk puisi yang dibagikan melalui aplikasi tiktok (https://vt.tiktok.com/ZSLn3jBFJ/ ). Hal ini dengan tujuan isi dan lagu yang mengirinya dapat mengenai hati atau perasaan murid.
Hal yang paling menarik pada saat kegiatan ruang kolaborasi kelompok. Para CGP berdiskusi di ruang virtual tentang budaya daerah yang mengandung konsep-konsep pemikiran Kihajar Dewantara. Fasilitator membuka Forum Diskusi dengan menegaskan tujuan pembelajaran, yaitu CGP mampu memberikan perspektif refleksi kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dalam forum diskusi'. Fasilitator menegaskan dalam Forum Diskusi, CGP saling membuka diri terhadap perbedaan dalam berpendapat, bertanya dan berbagi praktik baik untuk lebih kritis dan reflektif dalam memaknai dan menghayati pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara. Dan Setiap CGP menyampaikan memberikan perspektif reflektif kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara.
Penulis dan rekan kelompok mengambil tema budaya Yaqowiyu atau ‘Saparan’ yang dilaksanakan di Kecamatan Jatinom. Hal ini dilakukan karena para murid masih antusias terhadap budaya tersebut. Kue apem yang biasa disajikan dalam upacara kebudayaan tersebut masih dilestarikan walaupun dengan rasa dan kemasan yang berbeda.Â
Sebelum masa pandemi, biasanya kue apem dibuat gunungan tanpa dibungkus plastik mika. Saat ini, kue apem yang disusun maupun yang diberikan kepada masyarakat sudah dibungkus plastik mika. Selain itu rasa kue apem pada umumnya masih original yaitu manis dan gurih dari rasa kelapa dan gula. Saat ini variasi rasa kue apem sudah beraneka macam, seperti rasa coklat, keju, strabery dan yang lainnya. Hal ini memberikan gambaran konsep – konsep KHD tentang kodrat alam dan kodrat zaman.
Setelah kolaborasi kelompok, esok harinya penulis melakukan kolaborasi presentasi. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya mengenai eksplorasi nilai-nilai luhur sosial-budaya. Kegiatan ini memberikan gambaran betapa luhurnya nilai-nilai budaya negeri ini.
Examination
Perjalanan dua minggu dalam mengikuti pelatihan sebagai calon guru penggerak angkatan ke-9 (Sembilan) telah membuka wawasan dan memberikan pengalaman konsep pendidikan yang diterapkan di sekolah. Pada kegiatan di ruang kolaborasi dilanjutkan dengan mempresentasi yang di dampingi oleh fasilitator dan pengajar praktik semakin menambah pemahaman dan wawasan terhadap filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Pada tujuan dan rencana pembelajaran di kelas, sebelumnya banyak demontrasi dan tema yang diangkat dari materi sama dalam kelas pararel atau seragam. Sama halnya produk atau penugasan yang dikerjakan murid belum berpusat pada murid. Setelah memahami konsep KHD, penulis berusaha menyesuaikan dengan minat bakat murid dan belajar bersama dengan murid dalam mengikuti kodrat zaman.
Hal yang paling terlihat jelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang penulis ampu adalah CP menulis dan berbicara. Saat ini murid tidak hanya menulis di atas kertas. Murid SMK sudah diperbolehkan membawa gawai ke sekolah. Oleh karena itu, mengikuti minat mereka yang sering bermain dengan gawai maka gawai kita arahkan untuk kegiatan pembelajaran. Misalnya membuat materi presentasi dengan aplikasi yang mereka sukai. Begitupun dengan CP berbicara, misalnya drama.Â
Kita tidak harus menyediakan panggung untuk pentas drama, namun murid dapat melakukan proyek pentas drama di tempat tinggal mereka bersama kelompoknya. Hasil karya mereka didokumentasikan dengan menggunakan video dari gawai yang dimiliki oleh murid.
Articulation of Learning
Berdasarkan pengalaman pelatihan sebagai calon guru penggerak selama dua minggu ini, ada beberapa hal yang dapat kita analisis dan bandingkan berkaitan dengan tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya dan beberapa hal yang sebaiknya dipelajari dan diperbaiki pada msa mendatang.
Adapun Kegiatan yang telah dilakukan selama kurang lebih dua minggu mengikuti pelatihan Calon Guru Penggerak diantaranya adalah
Mulai dari diri sendiri : Memahami konsep pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya terhadap penerapan pendidikan pada abad 21. Hal ini berkaitan dengan konsep pendidikan kodrat alam dan kodrat zaman.
Ekplorasi Konsep : memberikan tanggapan terkait Kerangka pemikiran KHD, Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun, Kodrat Alam dan Kodrat Zaman, Budi Pekerti, Interpretasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Ruang Kolaborasi : melalui ruang virtual, penulis bersama rekan CGP yang lain melakukan diskusi dan saling bertukar pikiran tentang pemahaman pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Kami mencoba mengidentifikasi budaya daerah setempat yang sarat dengan pemikiran KHD dan berada di sekitar lingkungan murid.
Demonstrasi Kontekstual : Penulis menulis sebuah karya puisi untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh
Elaborasi : melalui elaborasi para CGP mendapatkan penguatan pemahaman konsep pemikiran filosofis KHD dari instruktur. Para CGP juga dimotivasi untuk memaknai dan menghayati pemikiran KHD dan bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah.
Adapun rencana untuk memperbaiki proses pembelajaran dimasa mendatang antara lain:
- Pembelajaran demokratis dan berpusat pada murid;
- Trilogi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing Madyo Mangun Karso, Ing Ngarso Sung Tulodo dan Tutu Wuri Handayani berusaha untuk diterapkan, bukan hanya slogan saja. Salah satunya berawal dengan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu;
- Berusaha menggali potensi murid dan mengarahkan mereka sesuai dengan kodratnya, baik kodrat alam maupun zaman. Harapannya mereka mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat;
- Mengangkat budaya lokal dalam pembelajaran sebagai salah satu cara pendekatan dan penggalian potensi murid;
- Menerapkan profil pelajar pencasila pada teks materi bahasa Indonesia baik dalam bentuk keterampilan berbahasa maupun keterampilan bersastra sebagai usaha memupuk atau pembentukan karakter murid;
- Berusaha melakukan kolaborasi dengan teman sejawat untuk mengurangi beban tugas murid dan materi bahan ajar betul-betul sesuai dengan kebutuhan murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H