Sialnya, Ha-Neul tak menyadari bahwa salah satu pamannya Moon Soo-Ho (Jung Hae-Kyun) bekerja di sekolah yang sama. Tak ayal, muncul gosip jika Ha-Neul dapat bekerja di SMA Daechi dikarenakan peran sang paman.
Ia dirundung oleh kawan sesama pengajar sementara lainnya. Bukan sekali-dua-kali ia berusaha untuk menyerah. Untungnya, Park Sung-Soon (Ra Mi-Ran) pimpinannya di Departemen Penerimaan mampu menyadarkannya akan tujuan ia bekerja di SMA Daechi.
Ha-Neul benar-benar ingin mengabdi. Ia ingin mengajar para siswa dan ingin menjadikan mereka pintar. Beruntung, dua rekannya yang lain di Departemen Penerimaan yakni Do Yeon-Woo (Ha-Joon) dan Bae Myung-Soo (Lee Chang-Hoon) juga menyokongnya secara penuh.
Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Ha-Neul. Misalnya saja saat Kim Yi-Boon (Jo Yeon-Hee) guru tetap pelajaran Bahasa Korea mau memakai materi pembelajaran yang ia rancang dan buat alias menyontek. Tak hanya itu, Yi-Boon juga berusaha menyetir cara mengajar Ha-Neul padahal Ha-Neul meyakini metode pembelajarannya sudah tepat.
Lalu, tantangan lain muncul saat siswa pintar menggunakan lembaga belajar independen datang untuk mengoreksi soal ujian dan kemudian ditemukan jika guru Fisika Daechi melakukan kesalahan dalam pembuatan soal.
Di Indonesia hal ini bisa jadi perkara sepele. Bayangkan proses belajar di sana, di mana siswa yang merasa dirinya benar dapat protes dan berargumen sambil menyodorkan bukti-bukti jika guru melakukan kesalahan. Di Korea, perubahan satu nilai dapat merombak peringkat keseluruhan siswa. Dan, itu sangat berpengaruh terhadap proses penerimaan di perguruan tinggi, sebagaimana tes CSAT yang saya bahas di awal tulisan.
Dapat saya bilang, drama ini 90% fokus terhadap kehidupan para gurunya. Sisanya memang ada hubungan antara guru dan siswa, tapi porsinya kecil dan rupanya di Korea Selatan ada banyak pekerjaan yang dilakukan oleh para guru, tak semata-mata mengajar dan mengisi rapor.
Ha-Neul sendiri harus berjuang dalam proses seleksi guru tetap. Dan di Korea, proses penerimaannya dilakukan transparan. Semua orang dapat mendaftar sehingga tak peduli berapa lama seseorang telah bekerja sebagai guru sementara di sekolah tersebut, hasil akhir proses seleksi penerimaan guru tetap ini mengacu pada hasil seleksi.
Memang nggak mudah demi menjaga kualitas Pendidikan di Korsel. Tapi, guru sangat dihargai. Saya iseng ngecek, ternyata rata-rata guru di Korea Selatan mendapatkan penghasilan $53.000/tahun atau sekitar 840 juta rupiah. Coba bandingkan dengan gaji bulanan rata-rata guru di Indonesia, sangat timpang bukan? Apalagi jika guru honor yang gajinya di bawah 1 juta. Sungguh miris.