Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Gemas Menghadapi Orang Tua Kolot di Film "La Luna"

11 Desember 2023   12:41 Diperbarui: 11 Desember 2023   18:24 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tok Hassan saat "mendikte" ust Fauzi. (Sumber gambar Clover Films/IMDB.)

* * *
La Luna termasuk tipe film yang sejak baca sinopsisnya pun kita akan paham bagaimana film ini akan diakhiri. Namun, saya tetap sengaja mendatangi bioskop dan menontonnya sebab film ini begitu banyak mendapatkan pujian. Terlebih, tema ceritanya yang memang sangat menarik!

Ada banyak isu yang diangkat di film ini. Perbedaan pendapat generasi boomer versus milenial yang begitu panas. Hubungan ayah dan anak antara Salihin dan Azura yang masuk masa puber, hingga kekerasan rumah tangga yang dialami Yam (Nadiya Nissa) yang dilakukan suaminya Pa'at (Hisyam Hamid).

Di depan La Luna. (Sumber gambar Clover Films/IMDB.)
Di depan La Luna. (Sumber gambar Clover Films/IMDB.)

Kehebohan penduduk di La Luna. (Sumber gambar Clover Films/IMDB.)
Kehebohan penduduk di La Luna. (Sumber gambar Clover Films/IMDB.)
Dengan durasi hampir 2 jam, film ini berjalan begitu solid. Skripnya bagus dan akting pemainnya begitu gemilang. Ya, terutama Wan Hanafi Su yang baru-baru ini perannya saya lihat di film Apprentice yang begitu pas memerankan sosok orang tua yang berpikiran sempit dan kolot (kalian harus nonton film ini untuk melihat bagaimana endingnya. Puas banget! hahaha).

Ditulis dan disutradarai oleh Raihan Halim, ini jadi film Malaysia pertama yang sengaja saya tonton di bioskop. Dengan kesederhanaan ceritanya, La Luna tampil begitu mengesankan.


Butuh pemikiran terbuka untuk menyaksikan film ini. Akuilah, orang-orang seperti Tok Hassan ini pasti dengan mudah ditemui di sekitar kita. Bisa jadi, banyak juga kalian yang beranggapan jika apa yang Tok Hassan perbuat itu masih lebih baik jika dikomparasi dengan dunia sekarang yang semakin menggila.

Tapi, cobalah dulu tonton film ini. Dan coba lihat, apakah kalian tetap akan memihak Tok Hassan atau malah berbalik ketika selesai menyaksikan filmnya.

Sajian yang apik!

Skor 9/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun