Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perjuangan Merebut Anak dalam Film "Mrs. Chatterjee vs Norway"

15 Juni 2023   10:38 Diperbarui: 15 Juni 2023   10:50 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bagian dari Kompal

"Bagaimana kamu bisa tak becus begini dalam mengurus anak, hah?" ujar ibu mertuanya.

Padahal, segala upaya dikerahkan Debika dalam mengurus dua anak yang masih kecil. Belum lagi, suaminya tak pernah sekalipun menyentuk pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah. Dan, kebayang kan betapa pedihnya ia yang tengah duka namun malah mendapatkan cacian yang luar biasa.

Lantas, apa yang dapat ia lakukan dalam "melawan" pemerintahan Norwegia itu?

* * *

Sepanjang nonton jujur saja saya ikutan gemas mendapati apa yang dilakukan lembaga itu untuk merebut anak-anak dari orang tuanya. Ironisnya Mrs.Chatterjee Vs Norway ini diangkat dari kisah nyata Sagarika Chakraborty di tahun 2011 yang harus berjuang bertahun-tahun demi mendapatkan anaknya kembali.

Di satu sisi, saya cukup memahami bahwa hadirnya lembaga semacam itu tujuannya baik demi melindungi anak. Tak dipungkiri bahwa ada banyak anak yang lahir di keluarga brengsek yang tidak memberikan hak anak sebagaimana mestinya.

Debika bersama kedua anaknya. Sumber: variety.com
Debika bersama kedua anaknya. Sumber: variety.com
Namun, apa yang dilakukan oleh lembaga Norwegian Child Welfare Services (nama disamarkan) ini jelas tak bisa dibenarkan juga. Apalagi jika memang terbukti mereka melakukannya atas dorongan lain yakni demi mendapatkan kucuran dana dari pemerintah.

Saat film ini tayang, Duta Besar Norwegia untuk India melakukan "protes" dengan menyebutkan bahwa apa yang disajikan dalam film tidak akurat. Sebagaimana yang saya kutip langsung dari IMDB ya bahwa Ambassador Frydenlund berkata, "Children will never be taken away from their families [in Norway] based on cultural differences described. Eating with their hands or having children sleeping in bed with their parents are not considered practices harmful to children and are not uncommon in Norway, irrespective of cultural background."

Sayangnya, sekali lagi apa yang diperlihatkan dalam film ini ya berdasarkan kisah nyata yang benar-benar terjadi.

Akting Rani seperti biasa bagus. Akting para pendukungnya juga dapat mengimbangi. Namun, dari segi skenario di beberapa bagian tampak terburu-buru dan di beberapa adegan tiba-tiba dimunculkan tokoh-tokoh penting yang sebelumnya tidak diperkenalkan dengan baik. Jadi, ya kadang mikir, "lha ini siapa? trus kok bisa dia turut andil."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun