Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sebelum Shinzo Abe, Wali Kota Nagasaki Juga Tewas Tertembak

9 Juli 2022   12:49 Diperbarui: 12 Juli 2022   09:10 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi baru mulai membawa senjata api setelah pasukan Amerika membuatnya di tahun 1946. Dalam hukum Jepang pada tahun 1958 disebutkan bahwa tidak ada orang yang boleh memiliki senjata api.

Saat pemerintah melonggarkan undang-undang tersebut, pemerintah melakukan kontrol yang sangat ketat. Di Jepang, jika seseorang ingin memiliki senjata, mereka harus menghadiri kelas, lulus tes tertulis dan harus memiliki minimal 95% akurasi selama tes menembak.

Mereka juga harus lulus evaluasi kesehatan mental yang dilakukan di rumah sakit. Dan juga, lulus pemeriksaan latar belakang, di mana pemerintah akan menggali catatan kriminal dan mewawancari teman dan kerabat mereka. Jika lolos, mereka pun hanya dapat membeli senapan angin dan bukan pistol. Hebatnya lagi, setiap 3 tahun mereka harus mengulangi kelas dan tes dari awal.

Menurut sebuah organisasi global yang mengawasi transfer senjata, hanya 0,6 orang dari 100 orang yang memiliki senjata di Jepang. Dibandingkan dengan 6,2 di Inggris dan 88,8 di Amerika Serikat. Dengan data ini, bayangkan saja, dari 100 orang, berarti "hanya" 12 orang yang tidak punya senjata di Amerika Serikat. Tak heran angka penembakan di sana begitu tinggi.

Info seputar hukum kepemilikan senjara di Jepang | Sumber gambar: www.aa.com.tr
Info seputar hukum kepemilikan senjara di Jepang | Sumber gambar: www.aa.com.tr

Karena prosedur pengendalian senjata yang ketat, Jepang yang berpenduduk lebih dari 127 juta orang itu, melaporkan hanya tiga kematian akibat senjata pada 2019, menjadikannya 0,02 per 100.000 orang.

Lantas, kenapa bisa Tetsuya memiliki senjata? Ya itu tadi, dia merakit sendiri. Sepertinya, dengan adanya kejadian ini, pemerintah Jepang akan mengevaluasi lagi. Misalnya, dengan cara meblokir tayangan/tontonan yang memandu orang untuk dapat merakit senjata, termasuk memblok penjualan onderdil senjata itu sendiri. Saya yakin Tetsuya akan melewati penyelidikan yang begitu ketat.

Sekali lagi, kita berduka atas berpulangnya PM Shinzo Abe. Dan, semoga ke depan tidak ada lagi kasus penembakan di Jepang. Sedangkan, untuk di negara lain, ya harapannya juga sama. Semoga kepemilikan senjata dapat dilakukan dengan sangat ketat sehingga tidak ada masyarakat biasa yang menjadi korban.

Tulisan ini terinpirasi dari penjelasan Jurnalis Metro TV Iqbal Himawan lewat tayangan IG storynya.

Penulis bagian dari Kompal/dok.Kompal
Penulis bagian dari Kompal/dok.Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun