Yang menarik, saat Itoh tewas tertembak, Shinzo Abe yang saat itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang memberikan statement, "Pembunuhan, yang terjadi di tengah kampanye pemilihan ini adalah ancaman terhadap demokrasi." Ironisnya 15 tahun kemudian, Shinzo Abe pun mengalami kejadian yang serupa. Sungguh sebuah preseden buruk terlebih Jepang dikenal sebagai salah satu negara teraman di dunia.
PENEMBAKAN KELIMA POLITISI JEPANG
Apa yang menimpa Shinzo Abe ini secara tak langsung mengingatkan lagi akan luka yang sama di mana para politisi Jepang pernah terancam keselamatannya dengan cara ditembak. Seperti yang saya singgung sebelumnya apa yang menimpa Hitoshi Motoshima di tahun 1990 itu adalah kejadian pertama penembahkan terhadap politisi Jepang. Hitoshi saat itu selamat walapun terluka parah.
Dua tahun berselang, giliran Kanemaru Shin yang menjadi sasaran penembakan anggota kelompok sayap kanan. Shin yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Badan Pertahanan Jepang dari 1977 hingga 1978 itu diserang di Prefektur Tochigi saat menghadiri sebuah acara. Beruntung, Shin tidak terluka dan berhasil menyelamatkan diri.
Lagi-lagi berselang 2 tahun dari apa yang menimpa Shin, mantan Perdana Menteri Hosokawa Morihiro mendapatkan intimidasi oleh ekstremis sayao kanan Masakatsu Nozoe yang saat itu melepaskan tembakan ke langit-langit hotel di Tokyo tempat Hosokawa berpidato. Itu dilakukan Nozoe sebagai protes atas pernyataan Hosokawa. Beruntung, PM Hosokawa selamat.
Sebelum kejadian yang menimpa Shinzo Abe, serangan penembakan terjadi 27 tahun lalu saat Takaji Kunimatsu, seorang Komisaris Badan Kepolisian Nasional Jepang ditembak dan terluka parah di dekat kediamannya. Beruntung saat itu Takaji pun selamat.
Jadi, dari kelima kejadian penyerangan dan percobaan pembunuhan menggunakan senjata api, hanya 2 yang berakhir sangat tragis dan menyebabkan kematian. Yakni yang menimpa walikota Nagasaki Iccho Itoh dan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.
JEPANG JADI NEGARA PERCONTOHAN TERHADAP KEPEMILIKAN SENJATA
Beberapa waktu sebelum peristiwa penembakan yang menewaskan mantan PM Shinzo Abe, media barat mengangkat isu seputar ketatnya proses kepemilikan senjata di Jepang. CBS News misalnya, kantor berita asal Amerika Serikat itu secara khusus membuat berita seputar ketatnya proses kepemilikan senjata di Amerika Serikat.
Tentu hal ini menjadi topik hangat sebab kasus penembakan di Amerika Serikat massih sangat tinggi. Seperti yang mereka tulis bahwa Jepang menjadi negara dengan tingkat kekerasan senjata terendah di dunia. Bayangkan saja, ada lebih dari empat pembunuhan senjata api di Amerika Serikat per 100.000 orang selama 2019, sedangkan di Jepang itu setara 0 korban.
Situs berita Bussines Insider yang juga berasal dari Amerika Serikat bahkan menuliskan rentetan peristiwa mengenai kepemilikan senjata di Jepang. Jadi, keberhasilan Jepang dalam menekan angka kematian akibat senjata erat kaitannya dengan sejarahnya. Setelah Perang Dunia II, pasifisme muncul sebagai sala satu filosofi negara Jepang.