Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Keindahan Bukit Kimuwu yang Bersejarah

22 April 2022   14:22 Diperbarui: 22 April 2022   14:23 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonus! bertemu news anchor idola saya Timothy Marbun di Padie's Kimuwu | Dokpri

Minuman dan camilan di antara obrolan dengan Reinhard Wewengkang | Dokpri
Minuman dan camilan di antara obrolan dengan Reinhard Wewengkang | Dokpri

"Butuh waktu yang lama untuk saya membangun tempat usaha di sini," ujar beliau. "Saya harus mendapatkan izin dulu dari leluhur asli Minahasa sebab di tempat ini ada dua situs budaya yang harus dijaga," lanjut beliau lagi.

Bang Reinhard lantas menunjuk sebuah bukit kecil di sisi kiri tak jauh dari area parkir.

"Nah di atas sana ada Situs Watu Marengke," infonya.

Situs Watu Marengke dipercaya sebagai tempat penghormatan kepada leluhur penghulu perang, Empung Totakal. Saat diajak untuk melihat situs itu, tampaklah beberapa batu yang dipagari oleh batang bambu.

Batu yang ada di situs Watu Marengke | Dokpri
Batu yang ada di situs Watu Marengke | Dokpri
Suasana Padie's Kimuwu dilihat dari Watu Marengke | Dokpri
Suasana Padie's Kimuwu dilihat dari Watu Marengke | Dokpri

Untuk melihat situs ini, kami diwajibkan untuk melepas alas kaki dan menjaga perilaku. Nah, dari papan informasi yang ada di sana saya baru tahu bahwa Kimuwu (berasal dari kata Kuwu) itu berarti puncak bukit atau gunung.

Di zaman dulu, oleh leluhur Minahasa, tempat ini adalah pusat pelaksanaan foso yang ditandai dengan adanya situs Watu Marengke dan Watu Siow Kurur. Di sini juga, para leluhur biasa melakukan ritual melihat bulan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk bertani.

Istilah "Marengke" sendiri diambil dari gerakan tari perayaan kemenangan perang. Yang merujuk pada kaki yang digerakkan naik turun diikuti oleh tubuh yang membentuk satu gerakan khusus. Lagi-lagi ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada Empung Totokai sebagai penghulu perang dan penentu satu keputusan/hukum.

Di zaman tasikela atau era Spanyol/Portugis, sebelum dan sesudah perang, para leluhur Minahasa berkumpul di tempat ini dan melakukan sembahyang/semempung kepada Empung Wailan Wangko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun