Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

[KOLOMDonasi] Pesan Aspirasi Menjurus Cabul Saat Demo, Yeay or Neay?

15 April 2022   15:22 Diperbarui: 15 April 2022   16:01 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan dari status FB Iqbal Aji Daryono

Mengenai apakah pesannya dapat dijadikan perubahan kebijakan atau tidak, itu soal lain. Sudah di luar kuasa para peserta demonstran yang datang. Yang jelas, kehadiran mereka yang mewakili isi hati mayoritas masyarakat (termasuk saya juga), pasti sampai ke telinga pimpinan.

Namun, jika yang dimaksudkan butuh perhatian media (terutama warganet di sosial media), ya itu tadi, cari cara yang lain. Bisa dengan tetap menggunakan kata-kata jenaka tapi tetap berkelas. Atau bisa juga memanfaatkan properti-properti yang dapat menarik perhatian publik dan media.

Nah, salah satunya seperti ini.

Demo tentang lingkungan menggunakan properti. Pesannya dapet, perhatian dapet. | Sumber gambar boredpanda.com
Demo tentang lingkungan menggunakan properti. Pesannya dapet, perhatian dapet. | Sumber gambar boredpanda.com

Tulisan "Lebih Baik Bercinta 3 Ronde Daripada Harus 3 Periode" mungkin bisa diganti dengan "Lebih Baik Bertarung di Ring 3 Ronde Daripada Harus 3 Periode" yang mana para pendemo bisa datang dengan membawa kostum petinju, membuat ring dadakan ala kadarnya, dan membuat gerakan-gerakan teatrikal sambil meninggalkan pesan soal pemerintahan cukup berjalan 2 periode sesuai konstitusi yang sejak lama ada.

Sumber gambar akun twitter @tombolrh
Sumber gambar akun twitter @tombolrh

Ya, intinya banyak caralah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan perhatian publik. Saya pribadi sih, nggak yang "mengutuk" juga aksi adik-adik mahasiswa yang kelepasan nulis pesan demo dengan kata-kata yang menyerempet cabul kayak gitu.

Tapi, kalau saya pribadi ikutan demo, kayaknya 'neay' banget nenteng dan membawa spanduk/kertas bertuliskan hal-hal semacam itu. Ngisin isinake rasanya. Malu. Kebinalan cukup "dinikmati" di ruang pribadi saja. 

Penulis bagian dari Kompal. Dokpri.
Penulis bagian dari Kompal. Dokpri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun