Lalu, untuk melakukan transaksi di teller, sepengalaman saya, sebetulnya buku tabungan tidak begitu penting. Yang lebih penting itu adalah debit card atau kartu debit.
Sekarang, semua transaksi pemindahan dana (baik itu tarik dana secara tunai atau transfer ke rekening lain), harus dilakukan dengan menggunakan kartu debit. Sepengalaman saya dulu sebagai teller, transaksi pemindahan dana dengan kartu kredit lebih mudah dilakukan dibandingkan jika hanya membawa buku tabungan. Ibaratnya, tanda tangan dapat dipalsukan. Namun PIN ATM tidak demikian.
Memang, ada beberapa nasabah saya dulu yang saklek/keukeuh tidak mau menggunakan kartu debit. Alasannya ya bermacam-macam. Dan itu sepenuhnya hak nasabah. Namun, jika beliau ingin mengambil uang di teller, maka sebelumnya beliau harus mengambil antrean dulu ke CS, dilakukan proses verifikasi pencocokan data.
Setelah berhasil dilakukan, nasabah baru dapat ke teller sambil membawa lembar pengesahan tanda sudah diverifikasi sama CS. Itu pun, nominal uang yang dapat ditarik terbatas. Dulu, di zaman saya masih bekerja, maksimal 3 juta rupiah. Sekarang, menurut informasi teman yang masih bekerja di sana udah naik jadi 5 juta. Intinya, kalau transaksi nominal lebih dari itu ya nggak bisa.
Nah, nasabah Vazria itu menurut berita di Kompas kehilangan uang bertahap dengan nominal besar. Kadang penarikannya 50 juta atau bahkan 100 juta. Pertanyaannya, kok bisa? Apakah di BRI kebijakan pengambilan uang tanpa kartu debit memang dapat dilakukan dengan nominal sebesar itu?
PENYELIDIKAN YANG RUMIT
Masih dari berita yang saya baca di Kompas.com yang menuliskan, "Benri dan timnya pernah meminta agar pihak bank memperlihatkan rekaman CCTV untuk mengetahui siapa yang melakukan transaksi tersebut. Namun permintaan ini ditolak bank."
Kenapa ditolak? Ini yang saya juga penasaran.
Padahal, enak banget ini menyelidikinya. Pertama, cek kapan buku tabungan dibuat. Tanggal berapa, oleh petugas CS siapa. Dari CCTV akan kelihatan kan apakah nasabah benar-benar hadir dan mengajukan pembuatan buku tabungan baru atau tidak.
Kedua, cek transaksi di teller. Setiap kali nasabah datang dan melakukan transaksi itu pasti ada bukti slip setoran/penarikan dan ada cetakan validasinya.
Di cetakan validasi itu tertera informasi yang rinci. Dari tanggal dan jam transaksi. Kode cabang. Kode teller dan juga nominal transaksinya. Kalau di tempat saya bekerja dulu, semua slip setoran ini pun harus diverifikasi oleh telko (teller koordinator) dan verifikator di hari yang sama.