Berbekal tulisan Meniru Wine dan Nuah Menyemai Cinta di Likupang, saya beruntung terpilih sebagai salah satu Kompasianer yang kemudian diajak langsung mengunjungi Likupang, Sulawesi Utara.
Pagi ini, Selasa, 8 Maret 2022, bertempat di Novotel Manado, saya dan rombongan menghadiri langsung International Conference, Likupang-North Sulawesi: Discover The Hidden Paradise.
Dibuka dengan atraksi tarian kabasaran yang memukau, acara konferensi ini dibuka oleh dua wanita hebat yang hadir untuk menyampaikan insightnya mengenai pariwisata Indonesia terutama di Sulawesi Utara.
Ibu Vanda Sarundajang, selaku anggota komisi X anggota DPR RI menyampaikan bahwa, "pariwisata itu penggerak pembangunan di Indonesia."
Dalam beberapa kesempatan, saya pun mengamini pendapat demikian. Bayangkan, jika pariwisata di satu kota sudah berjalan dengan baik, itu artinya berbagai sektor baik itu ekonomi, keamanan atau akses penunjang (akomodasi dan transportasi) artinya sudah dapat bersinergi dengan baik.
Di kesempatan ini, Bu Vanda juga menyampaikan apresiasi kepada Bapak Olly Dondokambey selaku Gubernur Sulawesi Utara yang sudah melakukan berbagai macam terobosan pembangunan yang kemudian menjadi akselerasi lebih baik demi kemajuan pariwisata di Sulawesi Utara.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Rizky Handayani selaku Deputi Bidang Produk Wisata & Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf yang menyatakan bahwa Sulawesi Utara memiliki keunggulan untuk branding pariwisata khususnya gastronomi/tata boga.
"Misalnya saja dengan memperkenalkan keberagaman makanan dan kaitannya dengan Garis Wallace," ujar beliau.
Wah ini memang menarik. Garis Wallace sendiri merupakan garis hipotesis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australsia yang tentu saja memperngaruhi karakteristik rempah yang tersedia.
"Tinggal yang menjadi PR adalah pemerintah setempat membuat narasi yang pas terkait kuliner yang ada," sahut beliau lagi.
Label "Wisata Halal" yang menimbulkan pro-kontra beberapa waktu lalu juga tak luput dari sorotan beliau.
"Kenapa takut dengan label Wisata Halal? Itu tujuannya untuk verifikasi dan memisahkan tempat-tempat (khususnya restoran) sehingga dapat menarik wistawan muslim lebih banyak untuk datang ke Sulawesi Utara."
Sebagaimana yang diketahui, mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara memeluk agama Kristen. Sehingga memang butuh verifikasi khusus seperti adanya sertifikasi halal bagi tempat makan untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan muslim.
EKSPLORASI DAYA TARIK KEINDAHAN ALAM TANAH LIKUPANG
Yang kemudian menjadi lebih semarak, untuk memandu diskusi, hadir Timothy Marbun, jurnalis senior yang memberikan kesannya kepada Likupang, "...saya tidak pernah bisa diet selama di sini, tempatnya indah tinggal kian memperkenalkannya saja biar lebih banyak orang tahu." Ah setuju banget!
Untuk menggali apa saja potensi yang ada di Likupang, hadir Bapak Hendry Richard Willard selaku Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara yang memaparkan beberapa hidden treasure yang ada di Likupang, seperti Pulisan Bay serta kawasan Eco Trail yang menurut beliau, "semua berawal dari komitmen."
Dari Pak Henry saya baru tahu kalau Singapura, Jepang, Jerman dan yang terbesar: Tiongkok adalah negara yang paling banyak mengirimkan wisatawan asing ke Sulawesi Utara.
Bahkan, selama pandemi, kunjungan wistawan asing itu tetap ada walau tentu jumlahnya tak sebesar saat sebelum pandemi.
Christian Fenie, pengamat pariwisata bahari yang sudah malang melintang di bidang ini (dia sudah di Indonesia sejak 1980) mengatakan bahwa Indonesia ini kombinasi surga laut dan darat.
Indonesia juga berpotensi menjadi negara wisata bahari no.1 di dunia jika permasalahan sampah harus diatasi segera.
Beliau menyampaikan kritik yang cukup tajam mengenai prilaku kehidupan kita sebagai manusia yang mulai abai terhadap lingkungan apalagi jika orang-orang membuang sampah langsung ke laut. Sebuah kritikan yang sangat membangun.
Kembali lagi. Dengan ditetapkannya Likupang sebagai DSP (Destination Super Priority) apa keuntungannya bagi masyarakat?
Ini yang disampaikan oleh Prof. Bet El Silisna, akademisi dari Politeknik Negeri Manado bahwa, "masyarakatlah pihak yang harus paling diuntungkan dari gelar DSP ini."
Salah satunya dengan memprioritaskan partisipasi lokal dalam kegiatan dan proses pengembangan pariwisata. Juga, beri peluang terhadap investasi swasta masuk dalam pembangunan dan pengembangannya.
Di sesi pertama ini, pembicara terakhir adalah Mas Aris Prasetyo, wartawan ekspedisi wallace Kompas, beliau mengenalkan istilah "strorynomic tourism" yakni strategi penguatan narasi untuk menarik wisatawan.
Ini juga saya dan rekan-rekan Kompasiana lakukan lewat tulisan yang sudah kami buat. Harapannya, tulisan itu dapat menggugah dan menarik minat wisatawan untuk datang ke Likupang.
MENGEMBANGKAN POTENSI INTEGRASI PARIWISATA KAWASAN LIKUPANG
Berlanjut ke diskusi sesi 2, Ibu Paquita Widjaja dari PT.MPRD bicara mengenai upaya pemberdayaan manusia dengan tetap memaksimalkan potensi masyarakat di sekitar. Keterlibatan masyarakat itu diutamakan untuk meminimalisasi emisi karbon dari transportasi.
Jelas kalau ambil hasil kebun/ternak di sekitar jelas lebih menghemat transportasi dan juga emisi karbon. Selain itu juga potensi masyarakat terangkat.Â
Ibu Paquina juga memaparkan pentingnya pasar seni, bukan saja untuk jual beli, namun juga untuk rekreasi. Termasuk juga pentingnya keberadaan pasar kuliner.Â
Bicara tentang kuliner, Chef Ragil Imam membagikan 5 tips untuk menyiapkan wisata kuliner di satu daerah.
Pertama food maping. Jadi, produknya harus dipetakan dulu mana yang unggulan dan dapat dijadikan jualan utama di daerah tersebut.Kedua food tour & experience operator.Â
Pasti menyenangkan jika dapat mencicipi langsung makanan dari Likupang. Lebih bagus lagi kalau bisa ikutan memasak, bukan?Â
Yang ketiga mencoba setidaknya 5 produk F&B. Tentu untuk mencari banyaknya variasi. Keempat tersedia produk oleh-oleh yang baik. Baik dari secara rasa atau kemasan. Yang terakhir, adanya buku resep unggulan. Nah ini bisa jadi souvenir yang sangat berharga bagi yang suka masak dan ingin mencoba menu makanan dari lokasi berlibur di rumah mereka.
Untuk Likupang, Chef Ragil bilang yang dikedepankan kisah di baliknya, lokasinya harus unik dan punya kekhasan dan secara tampilan harus menarik.Â
Meloncat sedikit ke wisata religi. Yang mengangkat tema ini adalah romo Dr.Paul Richard yang merupakan seorang peneliti dan budayawan Minahasa.Â
"Wisata religi ada banyak jenis. Ada yang datang untuk peribadatan bercorak inkukturasi dalam budaya setempat. Misalnya misa inkulturasi, ibadah dalam bahasa daerah atau adat daerah."
Jelas ini menarik ya. Saya jadi teringat Jumatan di beberapa kota dan negara yang pakai bahasa asing yang tidak saya pahami satu kata pun. Tapi tetap menarik.Â
Selain kewajiban, saya juga penasaran memang ingin mencoba langsung.Menurut romo, adalagi wisata rohani berupa wisata ziarah yang di Manado dan Likupang memang jadi situs bersejarah.
 Ya, berkunjung ke makam memang banyak menjadi tradisi di banyak agama. Di Islam ada nyekar, di Buddha ada Chengbeng misalnya.
Wisata religi populer pun dapat disasar. "Orang siapkan Natal sudah sejak Januari," ujar romo.
Begitupun kebiasaan lain seperti Dumiang Umbania acara bersih desa, Tapikong atau upacara pengucapan syukur desa. Jadi, semua acara ini sangat berpotensi untuk dijadikan atraksi wisata.
Next, diskusi membahas tentang membangun pariwisata lewat event promosi potensi ekonomi kreatif dibawakan oleh Pak I Wayan, direktur sales & marketing Pacto Convex.
"Banyak acara untuk menggaet wisatawan. Ada konser, Â festival, olahraga, eksibisi dsb. Untuk Likupang jelas dimungkinkan dapat diadakan acara-acara tersebut."
Walau begitu, karena topografi, maka pelaksanaan event harus disesuaikan. Jelas melaksanakan konser musik outdoor lebih aman diadakan saat musim kemarau ketimbang musim hujan, bukan?
Pembicara terakhir di diskusi ini adalah Bapak Yozua Makes, CEO Plataran Indonesia, sebuah perusahaan yang mengedepankan ECO Tourism yang sudah memenangkan banyak sekali penghargaan.Â
Motonya mereka aja: True Indonesian Icon.Mereka konsisten menerapkan cara yang dinamakan hospitality with impact. Jadi, misinya masyarakat bisa hidup berselaras dengan alam.
Pak Yozua banyak membahas dan menjadikan Bali sebagai contoh. Nah harapannya nanti, Likupang dan daerah lain dapat menerapkan hal yang sama.
* * *
Saya dan rombongan baru akan mengeksplorasi Likupang besok hingga 3 hari ke depan. Namun, dari pelaksanaan konferensi ini saja, banyak sekali ilmu yang saya dapatkan.Â
Selain menginspirasi, diskusi ini juga memperkayakan. Tentu saja tujuannya demi kemajuan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang.
Salam Wonderful Indonesia!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI