Beliau menyampaikan kritik yang cukup tajam mengenai prilaku kehidupan kita sebagai manusia yang mulai abai terhadap lingkungan apalagi jika orang-orang membuang sampah langsung ke laut. Sebuah kritikan yang sangat membangun.
Kembali lagi. Dengan ditetapkannya Likupang sebagai DSP (Destination Super Priority) apa keuntungannya bagi masyarakat?
Ini yang disampaikan oleh Prof. Bet El Silisna, akademisi dari Politeknik Negeri Manado bahwa, "masyarakatlah pihak yang harus paling diuntungkan dari gelar DSP ini."
Salah satunya dengan memprioritaskan partisipasi lokal dalam kegiatan dan proses pengembangan pariwisata. Juga, beri peluang terhadap investasi swasta masuk dalam pembangunan dan pengembangannya.
Di sesi pertama ini, pembicara terakhir adalah Mas Aris Prasetyo, wartawan ekspedisi wallace Kompas, beliau mengenalkan istilah "strorynomic tourism" yakni strategi penguatan narasi untuk menarik wisatawan.
Ini juga saya dan rekan-rekan Kompasiana lakukan lewat tulisan yang sudah kami buat. Harapannya, tulisan itu dapat menggugah dan menarik minat wisatawan untuk datang ke Likupang.
MENGEMBANGKAN POTENSI INTEGRASI PARIWISATA KAWASAN LIKUPANG
Berlanjut ke diskusi sesi 2, Ibu Paquita Widjaja dari PT.MPRD bicara mengenai upaya pemberdayaan manusia dengan tetap memaksimalkan potensi masyarakat di sekitar. Keterlibatan masyarakat itu diutamakan untuk meminimalisasi emisi karbon dari transportasi.
Jelas kalau ambil hasil kebun/ternak di sekitar jelas lebih menghemat transportasi dan juga emisi karbon. Selain itu juga potensi masyarakat terangkat.Â
Ibu Paquina juga memaparkan pentingnya pasar seni, bukan saja untuk jual beli, namun juga untuk rekreasi. Termasuk juga pentingnya keberadaan pasar kuliner.Â
Bicara tentang kuliner, Chef Ragil Imam membagikan 5 tips untuk menyiapkan wisata kuliner di satu daerah.