Untuk mencapai puncak Bukit Larata pun tak begitu susah, cukup berjalan 10-15 menit, maka pemandangan laut membentang dan juga keberadaan Gunung Dua Basudara dapat terlihat dari atas sana. Luar biasa ya cara Tuhan menyemai cintanya untuk Minahasa sehingga menciptakan liukan alam yang memesona.
Di Palembang, ada satu pulau di tengah Sungai Musi. Sebetulnya itu hanya sebuah delta bernama Pulau Kemaro yang tentu saja tidak ada pantainya. Beda dengan Ligaha, pulau tak berpenghuni seluas 8 hektar di Minahasa Utara yang saya yakin akan bikin siapa saja yang melihatnya jatuh hati.
Namanya unik. Rupanya menurut cerita, nama itu berasal dari celetukan nelayan yang mendengar suara merdu dari batu karang. Nelayan itu berkata dalam bahasa Sangihe, "I hoga" yang artinya, "Ih hantu."Â
Lama kelamaan, batu karang itu terkikis air laut dan berubah menjadi pasir putih dan kini menjelma sebagai pulau yang indah.
Pantai dengan pasir bak bedak bayi ini dapat dijangkau oleh perahu dengan waktu tempuh 30 menit. Terus terang, melihat karakteristiknya, Pulau Lihaga ini mirip dengan Pulau Lengkuas yang ada di Belitung. Namun, sepertinya biota lautnya jauh lebih semarak dan indah! Ini adalah salah satu spot terbaik untuk diving ataupun snorkeling.
Lalu, saya kira Gangga adalah satu nama yang lekat dengan India. Rupanya, di Likupang Barat ada pula Pulau Gangga yang namanya berasal dari bahasa Ternate "Ake Gaga" di mana Ake berarti Air dan Gaga artinya Tawar. Dan pantai yang ada di pulau ini pun tak kalah cakep!
Berbeda dengan Lihaga, Pulau Gangga dihuni oleh penduduk di Desa Gangga I dan Desa Gangga II yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Potensi perikanannya bagus di mana Ikan Karang, Cakalang atau Roa diolah dengan cara diasap. Bagian perut ikannya diolah jadi Bekasang dengan cara difermentasi.
Jelas hasil tangkapan laut ini berdampak positif bagi gerak perekonomian warga, terlebih dengan datangnya wisatawan dan pengolahan sumber alam untuk kepentingan pariwisata yang semakin melengkapi.
Tak hanya pantai, pulau atau perbukitan, di Desa Serawet, Likupang Timur, ada juga sungai mangrove yang dapat disusur hingga menuju laut lepas. Terakhir, saya susur sungai mangrov ini di Semarang dan sampai sekarang saya masih terkesan dengan pengalaman itu.