Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengintip Aktivitas Relawan Mother Teresa House di Kolkata, India

2 Februari 2022   14:47 Diperbarui: 8 Februari 2022   16:35 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut situs chatolicnewsagency.com, di tahun 2021 saja, Misonaris Cinta Kasih tercatat memperoleh sumbangan sebanyak 13 juta dolar. Jumlah yang sangat besar dan tentu saja sangat membantu masyarakat yang membutuhkan.

MENJADI SUKARELAWAN KOK HARUS BAYAR?

Kegiatan voulenteering sudah umum diadakan di banyak negara. Sebelum ke India, saya pernah iseng mendaftar di Volunteer Programme yang diadakan oleh Seoul International Youth Hostel (SIYH). 

Berbeda dengan aksi sukarelawan di Misionaris Cinta Kasih yang sepenuhnya gratis, di program yang diadakan oleh SIYH itu para pelamar malah diharuskan untuk mendaftar dan membayar.

Biayanya akan digunakan untuk akomodasi dan konsumsi. Ibaratnya nih, udahlah mesti jauh ke Korea Selatan sana, disuruh "bekerja" eh harus bayar pula. Tapi... jangan salah, kegiatan semacam ini ternyata banyak peminatnya. Termasuk saya dulu.

Motivasi orang yang ingin mendaftar juga bervariasi. Sederhananya, ya bisa mendatangi tempat baru yang jauh, refreshing, pelesiran sambil berbuat sesuatu demi orang lain sehingga berlibur tak hanya melulu untuk bersenang-senang, namun juga berbagi.

Salah satu kegiatan sukarelawan dengan proses seleksi yang sempat ingin saya ikuti namun tidak saya lanjutkan | Dokpri.
Salah satu kegiatan sukarelawan dengan proses seleksi yang sempat ingin saya ikuti namun tidak saya lanjutkan | Dokpri.

Di Indonesia, kegiatan relawan juga mulai banyak diadakan. Walaupun harus "dibumbui" dengan kompetisi dan membawar uang registrasi antara Rp.80.000 sd Rp.100.000. Lalu, para pelamar akan dites. Bagi yang skornya bagus, akan diajak berkegiatan dengan sistem fully funded alias semua biaya akan ditanggung penyelenggara.

Bagi pelamar lain yang skornya tidak begitu bagus, dikasih opsi untuk membayar uang kegiatan separuh harga. Atau, ada juga yang harus membayar penuh semua semua elemen biaya.

Saya tidak mengelak jika muncul suara-suara sumbang dari kegiatan voluntrip semacam ini.

"Kalau yang daftar 300 orang, masing-masing bayar Rp.100.000, panitianya udah dapat 30 juta tuh! Nah dari situlah biaya untuk ngongkosin orang yang terpilih di kategori fully funded diperoleh."

Belum lagi, kabar lain bahwa peserta program yang lolos kategori fully funded diprioritaskan ke orang-orang yang tinggal di kota besar (dan umumnya di Pulau Jawa). Kenapa? Ya biar ongkos pesawatnya lebih murah. Memilih peserta dari Surabaya jelas lebih murah ketimbang peserta yang dari Aceh atau dari Papua, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun