Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alih-alih Meminta, Kenapa Perpustakaan Daerah Tidak Membeli Buku Karya Penulis Lokal?

4 Januari 2022   13:39 Diperbarui: 7 Januari 2022   11:53 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagai penulis, tentu saya senang jika karya saya dapat diapresiasi oleh pembaca dan pemerintah. Dokpri.

Sungguh apresiasi yang luar biasa. Bukunya dibeli, dan berbagi pengalaman dalam dunia literasi pun dapat honor yang sangat pantas.
Sungguh apresiasi yang luar biasa. Bukunya dibeli, dan berbagi pengalaman dalam dunia literasi pun dapat honor yang sangat pantas.

Dengan keterbatasan informasi yang saya punya, saya tidak tahu apakah acara serupa umum diadakan oleh perpustakaan lain yang ada di Indonesia, termasuk di Palembang, tempat saya tinggal. Bisa jadi, kegiatan semacam ini pernah (atau bahkan sering) dilakukan. Jika memang demikian, maka saya menyokong penuh kegiatan semacam ini.

Namun, jika ternyata masih jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali, maka, kegiatan semacam ini dapat diselenggarakan.

LANGKAH AWAL MENYOKONG PENULIS LOKAL

Walau tergabung di beberapa komunitas, namun katakanlah saya termasuk kuper kalau soal dunia kepenulisan di Palembang. Saya tidak tahu apakah pemerintah (lewat Dinas Perpustakaan atau Dewan Kesenian Palembang, di mana, saya dulu pernah berkontribusi dalam antologi cerpen dan puisi yang digagas oleh mereka), pernah mengumpulkan para penulis se-Sumatra Selatan dan membentuk wadah agar komunikasi antarpenulis dapat terjalin dengan lebih komprehensif.

Saya sih mengenal beberapa penulis lokal asal Sumatra Selatan yang karya-karyanya luar biasa. Tak hanya unjuk gigi dalam lingkup provinsi, namun juga dalam lingkup nasional. Saya mengenal, karena saya menikmati karya mereka, bukan karena diperkenalkan dalam satu wadah bentukan pemerintah.

Lagi-lagi, karena keterbatasan informasi, saya tidak tahu apakah mereka, para penulis itu sudah pernah dikumpulkan dalam wadah khusus oleh pemerintah.

Sedih nggak sih? salah satu untuk menaikkan peringkat ini ialah dengan cara mendukung penulis lokal terus berkarya. Sumber Kanal Kenal Indonesia
Sedih nggak sih? salah satu untuk menaikkan peringkat ini ialah dengan cara mendukung penulis lokal terus berkarya. Sumber Kanal Kenal Indonesia

Jika belum, mungkin pemerintah terkait bisa mencicil dan mengumpulkan penulis-penulis yang ada di Sumatra Selatan dan jika memungkinkan diadakan pertemuan untuk menjalin silaturahmi. Atau, jika belum memungkinkan diadakan secara langsung, bisa juga dikumpulkan secara online lewat Whatsapp Group.

Manfaatnya jelas banyak. Yang paling sederhana sih tak kenal maka tak sayang ya. Bukannya jadi satu kebanggaan bagi Sumatra Selatan jika penulis-penulisnya aktif berkarya? Dan juga, antarpenulis dapat menyokong satu sama lain dengan cara membeli karya yang berhasil diciptakan.

Lalu, dalam tingkatan yang lebih tinggi, Perpusda (tak hanya di Sumsel, tapi di seluruh Indonesia), dapat lebih sering mengadakan acara bedah atau peluncuran buku yang tentu saja dampak positifnya sangat banyak.

Dalam dunia literasi, ini salah satu bentuk kecil dari kita semua untuk terus memajukan dunia literasi agar Indonesia tak melulu tertinggal dari negara-negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun