Ditulis dengan alur maju mundur dan mengangkat kehidupan Marni dan Rahayu dari tahun 1950 hingga 1994 ini juga menyenggol banyak tentang keadaan politik zaman itu. Terutama zaman orde baru di mana partai kuning begitu berkuasa dan menekan banyak pihak agar mau memilih saat pemilu. Dan, orang-orang seperti Marni ini lebih banyak lagi tekanan yang diterima.
Jujur, saat baca Entrok saya begitu emosional dan membenci para aparat yang berlaku semena-mena. Menekan berbagai pihak demi kepentingan pribadi walaupun di sisi lain usaha yang dijalankan Marni sebagai lintah darat juga nggak sepenuhnya benar.
Isu soal PKI dan upaya "pembersihan" juga diangkat di novel setebal 281 halaman ini. Lewat tokoh bos toko elektronik yang diam-diam memberi donasi kegiatan ibadah di kelenteng di mana, saat itu beribadah di kelenteng masih dilarang.
Entrok sebuah novel yang bagus. Saya cocok dengan gaya kepenulisan Okky Madasari yang sederhana dan nggak njlimet sehingga mudah diikuti dan disimak dari awal hingga akhir.
Skor 8,7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H