Selebihnya, rumah dibersihkan seperti biasa, namun lebih ekstra dan benda-benda harian seperti kipas angin, kendaraan pun biasanya saat lebaran harus tampil kinclong! Hehe.
Saat Bujangan Beraksi
"Makanya cari istri dong biar ada yang ngerapiin kamar," ujar sepupu saya satu kali pas datang di saat kamar berantakan.
"Ya ampun, ribet amat bersihin kamar aja mesti cari bini dulu!" jawab saya sekenanya. Hehe, walaupun kelak punya istri dan dia bantu-bantu membersihkan kamar, saya pribadi sadar bahwa nggak ada satu jenis pekerjaan di rumah hanya hanya dapat/boleh/harus dilakukan salah satu saja.
"Cuci piring, menyapu, mengepel dan masak itu kerjaan istri. Cuci kendaraan, perlistrikan itu kerjaan suami." Bah! Rumah tangga macam apa itu? Untungnya sejak kecil saya udah biasa ya melihat orang tua saya kerjasama melakukan pekerjaan rumah. Yeah, walaupun ayah jarang mencuci piring atau pakaian, tapi dia gak sungkan turun ke pasar dan berbelanja.
Even mereka ke pasar bersamaan, demi efektifias waktu, mereka akan bagi tugas, yang satu ke area daging/ikan, yang satu ke area sayur dan buah. Praktis! Pun, ayah saya juga sesekali bereksperimen di dapur. Nah, melihat kebiasaan ini, saya bersyukur hal-hal seperti itu menurun ke saya.
Kenapa? Soalnya banyak barang yang dirapikan sekenanya sehingga saya susah mencarinya haha. Jadilah, setidaknya seminggu sekali di hari Minggu, saya akan membersihkan kamar sendiri.
Menjelang lebaran gini, tradisi Oosuoji juga berlaku di kamar saya. Area yang biasanya jarang tersentuh kemoceng, elap dan sapu, biasanya akan dibersihkan secara khusus.Â
Dari membersihkan lemari buku dan cinderamata, menata ulang lemari pakaian (sembari sortir juga, mana yang gak kepakai maka dapat disumbangkan atau dijadikan elap), membersihkan kamar mandi, menata ulang beberapa perabotan termasuk membersihkan kipas angin saya lakukan secara bertahap mengingat kamar saya banyak sekali barang.
Jepang emang terkenal dengan konsel hidup minimalisnya. Filosofi ajaran Buddhism Zen berupa "Less is More" juga menjadi tren. Selain Marie Kondo, penulis Fumio Sasaki juga menulis "Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang." Intinya, gaya hidup semacam ini betul-betul selektif jika harus memiliki barang.