Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memangnya Tidak Boleh Jika Bersedih Menyambut Ramadan?

27 April 2020   15:35 Diperbarui: 27 April 2020   15:36 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source image: kompas.com

Dulu, saya berfikir, "siapa sih orang yang nggak bahagia menyambut Ramadan?" secara ya, aura Ramadan itu beda banget. Beda dalam artian positif tentu saja. Maaf jika saya salah, tapi, saya merasa hanya di bulan Ramadan orang mengeluarkan sisi positif mereka semaksimal mungkin. Saat Ramadan, orang lebih banyak bersabar dan beramal baik.

Jangankan umat Islam. Saya kenal banyak teman yang non muslim namun juga merasakan aura positifnya Ramadan. Di Islam sih jelas, ya. Ramadan bulan penuh kemuliaan, keutamaan dan banyak keberkahannya.

Sebuah hadist bahkan semakin mengkuhkan hal ini. "Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi."

Maka, jika ada yang nggak suka dengan hadirnya Ramadan, ya sungguh merugi. Sayangnya, dewasa ini, saya kenal beberapa orang yang kurang begitu suka dengan hadirnya Ramadan. "Duh males banget, mesti puasa," ujar mereka yang memang tak mengenal syahdunya berpuasa di Ramadan sejak lama.

Dulu, jika saya melihat para kerabat yang nggak senang dengan hadirnya Ramadan, dan melewatkan kesempatan meraih pahala berpuasa, dalam hati saya "mencela" mereka. Dan, sayangnya, di Ramadan 2020 ini, saya merasakah hal yang sama: saya sedih dengan hadirnya Ramadan.

Pilunya Ramadan di Tahun 2020

Tanda-tanda kesedihan sudah saya rasakan sejak malam Nisfu Sya'ban kurang lebih 2 minggu yang lalu. Kenapa? Tentu kalian semua tahu ini adalah (secuil) imbas dari merebaknya pandemik  covid-19 yang menghantam seluruh dunia.

Melalui tulisan saya di Kompasiana yang berjudul: Jika "Terpaksa" Menyelenggarakan Ibadah Tarawih, Ini yang Harus Diperhatikan Pengurus Masjid, saya berusaha menyuarakan isi hati saya yang sedih karena tahun ini saya tak dapat beribadah dengan leluasa ke masjid sebagaimana yang biasa saya lakukan.

Terlepas urusan ibadah, saya tahu, di luar sana banyak sekali orang-orang yang merasakan dampak lebih buruk dan luas dari covid-19 ini. Banyak yang kehilangan pekerjaan, diusir dari kontrakan sehingga menggelandang dan bahkan mengisi perut yang lapar saja jadi tantangan tersendiri.

Saya tergolong beruntung karena hidup masih nebeng sama orangtua. Untuk makan masih mudah. Saya juga masih bisa mencari rezeki dari toko yang saya punya (walaupun keadaan semakin sepi). Saya sedih karena banyak orang yang sedih menemui Ramadan tahun ini di kondisi yang serba sulit.

Source image: kompas.com
Source image: kompas.com
Walau begitu, saya dan kita semua, tentu tak boleh henti bersyukur. Saya yakin di penghujung Ramadan tahun lalu kita punya doa yang sama: ingin kembali berjumpa dengan Ramadan tahun selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun