Nyes, detik itu juga saya tahu dia tertipu. Saya panggil tante saya yang berjualan di toko sebelah, dan saya coba "menyadarkan" si Fulan ini bahwa tak perlu transfer jika memang mendapatkan hadiah.
"Tadi aku sudah transfer dari ATM, dia minta 2,5 juta. Di tabunganku cuma ada 1,8 juta. Jadi sisanya aku minta tolong transfer."
Tahu rasanya menyadarkan orang yang tengah dimabuk cinta? Nah, menyadarkan orang yang tengah dimabuk angan-angan juga ternyata sama susahnya. Berkali-kali saya dan tante coba meyakinkan bahwa ia ditipu. Berkali-kali juga ia denial. Hingga tiba di satu titik dia sadar dan semua sudah terlambat.
CEK & RICEK BERULANG KALI
Bagi generasi milenial, mungkin Cek & Ricek lebih dikenal sebagai salah satu acara gosip kali ya hehehe. Namun, sesuai namanya, cek & ricek ini adalah kegiatan untuk memastikan lagi apakah yang sedang kita hadapai itu benar atau tidak.
Sering terima SMS undian berhadiah? Pastilah ya. Sebenarnya, saya pribadi gak habis pikir jika masih ada orang yang bisa terkena jebakan undian palsu semacam itu. Faktanya, masih ada saja loh orang yang kena tipu. Bahkan, orang yang kena tipu ini adalah orang yang semestinya tidak dapat tertipu, misalnya saja anggota kepolisian.
Bagi yang pernah baca buku saya Jungkir Balik Dunia Bankir pasti ingat ada sebuah cerita di mana ada seorang polisi yang tertipu uang 15 juta rupiah dari iming-iming undian semacam ini. Mau lapor ke rekannya yang lain, si bapak ini keburu malu karena sudah tertipu. Duh kasihan.
Harus aware dengan berita masa kini. Toh udah banyak banget kejadian model begini, kan. Jadi ya mestinya sudah tahu dan dapat membentengi diri sendiri sih. Jika pun tidak, biasakan ceritakan segala sesuatu dengan teman dan tetangga.
Pegawai sepupu saya misalnya, berkali-kali nemu potongan cek dengan nominal fantastis di jalan. Dia nanya ke saya mengenai kebenaran cek tersebut. Maklum ya, pegawai lugu. Minimal banget, kalau dia ngehubungi orang yang ada di no telp di cek tersebut pulsanya terbuang percuma yekan.
Kejahatan finansial ini semakin canggih euy. Saya saja yang sudah sangat berhati-hati, masih tetap kena kejahatan ini. Ingat kan saya dulu pernah cerita di Kompasiana bahwa kartu kredit (CC) saya kebobolan? Nggak tanggung-tanggung, kebobolannya dipake di Kanada padahal saya aja belum pernah ke sana.