Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Desa Todo dan Melihat Niang Si Rumah Kerucut

11 April 2019   16:00 Diperbarui: 13 April 2019   13:56 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain yang dijual. Dokumentasi pribadi

Atap Niang disusun menggunakan daun lontar, mirip rumah adat Honai di Papua. Struktur Niang ini cukup tinggi dan ditopang oleh kayu worok dan bambu. Uniknya lagi, mereka membangun Niang tanpa menggunakan paku, tapi hanya menggunakan tali rotan yang mengikat keseluruhan konstruksi bangunan.

Dokumnetasi pribadi
Dokumnetasi pribadi
Ada lima tingkatan di Niang, tingkat pertama disebut lutur dan digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga. Tingkat kedua disebut lobo atau loteng. Fungsinya untuk menyimpan bahan makanan. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih pangan seperti jagung, padi dan kacang-kacangan. Tingkay keempat disebut lempa rae, khusus menyimpan stok pangan apabila terjadi kekeringan dan tingkat terakhir disebut hekang kode yang digunakan untuk menyimpan sesajian persembahan kepada leluhur.

Penduduk lokal Desa Todo. Dokumentasi pribadi
Penduduk lokal Desa Todo. Dokumentasi pribadi

Kain yang dijual. Dokumentasi pribadi
Kain yang dijual. Dokumentasi pribadi

Dari luar Niang nampak kecil, tapi hebatnya satu niang dapat dihuni antata 6 hingga 8 keluarga, loh! Waduh, gimana pas mau ena-ena, ya? Wakakak.

Saat ke sana, saya sempat melihat aktifitas penghuni rumah. Mamak-mamak di sana sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin. Ada sebuah gubuk kecil di Niang utama tempat mereka memamerkan dan menjajakan hasil tenunan mereka. Harganya juga bervariasi, nggak terlalu mahal. Sayangnya saat itu saya memutuskan untuk tidak membeli. Keputusan yang saya sesali begitu meninggalkan Todo.

Kuburan tua di Niang. Dokumentasi pribadi
Kuburan tua di Niang. Dokumentasi pribadi

Atap Niang. Dokumentasi pribadi
Atap Niang. Dokumentasi pribadi
Niang ini sungguh indah, namun jika mau difoto, ya harus dipikirkan sudut khusus soalnya ada beberapa bangunan lain yang berada dekat dengan Niang dan menurut saya cukup merusak pemandangan. Jika untuk wisata, inilah yang jadi titik kelemahannya. Andai rumah-rumah warga lain dibangun agak jauh, pasti Desa Todo ini cakep banget.

Oh ya, di tengah-tengah area Niang terdapat juga sebuah makam keramat. Tak jauh dari kediapan Bapak Titus bahkan ada komplek pemakaman tuanya. Kalau siang ke sana sih ya gak serem ya. Tapi saya gak janji kalau malam seperti apa hahaha.

Perjalanan saya dan rombongan hari itu berakhir setelah santap siang di kediaman Bapak Titus. Menunya sederhana, namun terasa nikmat karena dimakan beramai-ramai, ditambah lagi ditutup dengan kenikmatan kopi Manggarai yang aduhai. Nikmat!

Kompal (Kompasianer Palembang)
Kompal (Kompasianer Palembang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun