"Wah mbak, gak bisa gitu, antre lagi dong," ucap saya dengan intonasi sepelan mungkin walaupun kayaknya rasa sebal saya tetap terlihat di sana.
Perempuan ini mendelik ke arah saya dan menunjukkan ketidaksukaannya karena saya tegur.
"Loh kenapa? Ini kan ibu saya?" jawabnya.
Tuh kan benar, ternyata perempuan tua yang ada di ATM No. 2 adalah ibunya.
"Ya tapi gak bisa gitu caranya," jawab saya lagi. "Lihat ini antrean sampai ke belakang, dari tadi nungguin kalian selesai pakai ATM-nya," ujar saya lagi. Si ibu ATM No.2 lantas menoleh ke belakang, tapi dia tidak bilang apa-apa.
"Iya, kita juga mau pakai ATM-nya," ujar Pak Budi, lelaki yang ada di depan saya ikut angkat bicara.
Sadar bahwa sikapnya memang salah, tak lama kemudian 2 perempuan ini memutuskan untuk menyelesaikan transaksi dan pergi meninggalkan ATM walaupun uangnya belum semua tersetor.
Nah, pernah kah kalian berada di situasi seperti ini? Saat bertemu dengan pengguna ATM yang merasa menggunakan ATM milik pribadi sehingga dapat bersikap seenaknya? Pengin marah, tapi biasanya orang yang bersikap semaunya ini lebih galak dari kita?
Saya sih sudah sering ya berhadapan dengan orang-orang semacam ini. Bedanya, jika dulu saya bersabar, mengalah, atau menghindari konflik dengan memilih pergi seperti Doni, sekarang saya berusaha untuk memberanikan diri speak up. Orang-orang semacam ini harus diberi tahu bahwa mereka tidak dapat berlaku seenaknya seperti itu.
Ada beberapa adab yang harus diketahui saat menggunakan ATM yang seyogyanya BUKAN MILIK PRIBADI.