Mohon tunggu...
om_nanks
om_nanks Mohon Tunggu... Lainnya - nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

☆mantan banker yang jualan kavling☆ ☆merangkum realita bisnis dalam sebuah tulisan☆ ☆penyelesaian kredit bermasalah advisor☆

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Terlambat Menyiapkan Dana Pensiun, Ini Solusinya!

28 Mei 2023   16:51 Diperbarui: 29 Mei 2023   19:54 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung masih muda, nikmati masa kejayaan hingga abai masa depan.

Statement gagah mengawali nikmatnya bekerja, masih energik dan banyak uang. Tak ada yang salah, semua tindakan mempunyai konsekuensi masing-masing.

Menyiapkan segalanya sedini mungkin atau bersikap acuh tak acuh atas masa depan, meskipun telah memasuki dunia kerja. 

Penulis rasa sebuah kenekatan jika pernyataan acuh tak acuh atas masa depan keluar dari mereka yang telah bekerja lebih dari 5 tahun. 

Menyiapkan dana pensiun tidak hanya berlaku bagi mereka yang telah berpenghasilan lebih, sebab meskipun berpenghasilan besar tanpa perencanaan keuangan yang memadai maka di kala memasuki masa pensiun akan berhadapan dengan kenyataan hidup tanpa saving, investasi dan dana pensiun yang cukup untuk menyambung kehidupan selanjutnya. 

pensiun beralih tinggal di desa (sumber: daya.id)
pensiun beralih tinggal di desa (sumber: daya.id)

Tiba-tiba Sudah Pensiun

Hidup hanya dengan mengandalkan gaji pensiun yang rata-rata sebesar 30% dari penerimaan sebelumnya saat masih aktif bekerja. 

Lebih miris lagi pensiunan yang berasal dari BUMN, sebab saat aktif komponen terbesar take home pay yang diterima berasal dari berbagai tunjangan sementara saat purna semua tunjangan terbabat habis. 

Masa purna berbarengan dengan anak-anak berangkat dewasa, sebagian masih sekolah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi sehingga kebutuhan lagi gede-gedenya. 

Banyak senior penulis yang terjebak dalam kondisi serupa, nasi telah menjadi bubur.

Tiba-tiba besok adalah hari terakhir bekerja, lusa harus bagaimana kebutuhan membumbung tinggi sementara penghasilan hanya dari gaji pensiun.

Hal terpenting saat memasuki masa pensiun adalah sehat fisik dan psikis. Selain tidak keluar biaya kesehatan untuk berobat ke dokter atau rumah sakit, sehat juga mempengaruhi cara berpikir, cara berpikir yang sehat akan menghasilkan sebuah tindakan yang sehat tepat. 

Segera Turunkan Gaya Hidup

Tidak asing lagi saat terjadi kenaikan penghasilan maka gaya hiduppun mengikuti. Dari penghasilan sebesar Upah Minimum Regional (UMR) plus beberapa tunjangan meningkat menjadi sebesar 2 kali lipat karena promosi jabatan dan life style pun berubah mengikutinya. 

Kemarin telah terbiasa kemana-mana berkendara dengan kendaraan roda dua, sekarang karena telah naik status dan jabatan maka berganti dengan roda 4, dan masih banyak contoh sikap dan perilaku sejenis lainnya yang menurut penulis masih dalam batas ukuran kewajaran pada saat masih aktif bekerja. 

Karena salah satu tujuan bekerja bukankah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

Perlu sebuah pembelajaran tentang keuangan, untuk itu sekilas penulis sampaikan dalam artikel di kompasiana sebelumnya dengan judul "Siklus Kemandirian Finansial".

Tidak demikian ketika purna, keadaan sangat berbalik, penghasilan menurun drastis sementara kebutuhan sedang banyak-banyaknya.

Lantas Adakah Solusinya?

Mau gak mau, suka gak suka, apabila belum mampu untuk mengembalikan penghasilan sebesar minimal sama dengan saat masih bekerja, ambil langkah bijak dengan menurunkan gaya hidup. 

Dimulai dari pola konsumsi makanan dengan makan di rumah atau membawa bekal ketika bepergian dan mengurangi volume makan diluar. 

Mengurangi aktifitas healing dan travelling yang sangat menguras uang termasuk kurang- kurangi ngemall dengan berbelanja hanya yang dibutuhkan saja, untuk sementara tahan keinginan berbelanja apa saja. 

Meski terlambat, tanamkan kepada seluruh anggota keluarga soal perilaku dan kebiasaan di rumah yang berdampak boros seperti menyalakan pendingin ruangan pada saat tidak urgent, pemakaian daya listrik yang boros, dimulai dari sekarang tanpa nanti dari semua anggota keluarga tanpa terkecuali. Penerapan darurat keuangan keluargapun harus dimulai.

Apabila langkah dan upaya tersebut diatas dirasa belum berdampak signifikan, sebaiknya lakukan langkah-langkah besar lainnya supaya finansial keluarga di masa pensiun tetap terkendali.

Langkah besar yang dimaksud adalah dengan melakukan upaya "bedhol desa" atau relokasi hunian dari kota tempat tinggal saat ini berpindah ke daerah pedesaan atau pulang ke kampung halaman, dengan harapan seluruh anggota keluarga "dipaksa" untuk bergaya hidup sederhana sehingga secara efektif dapat menekan pengeluaran keuangan keluarga yang tidak diperlukan. 

alam pedesaan kabupaten malang (foto by om_nanks)
alam pedesaan kabupaten malang (foto by om_nanks)

Menikmati Masa Pensiun di Desa

Kebahagiaan itu asalnya dari dalam hati, bukan atas dasar berlimpahnya harta dan tercukupinya semua keinginan.

Meninggalkan hingar bingar kehidupan perkotaan yang hedon dengan living cost yang cukup mahal beralih dengan menikmati suasana alam pedesaan.

Cita-cita dan harapan penulis saat ini, bisa pulang ke kampung halaman atau hidup di daerah pedesaan kabupaten Malang dengan lokasi yang masih terjangkau dan akses menuju ke arah kota dalam tempo yang tidak lama, hanya 15 menit dari exit tol Madyapura Malang dengan berkendara roda 4 di waktu siang. Rumah tinggalpun berada tidak jauh dari 2 jenis minimart yang biasanya saling berdekatan atau berhadap-hadapan.

Perjalanan hidup dari desa merantau ke kota dan saat ini kembali ke desa pulang ke kampung halaman.

Setidaknya akan mendapatkan dua manfaat, yang pertama dengan menjual aset rumah yang berada di kota dan dibelikan rumah di kampung halaman otomatis akan mendapatkan banyak kelebihan dana, karena harga rumah di pedesaan jauh lebih murah.

Kelebihan dana dari selisih menjual rumah di kota dengan membeli rumah di kampung halaman dapat dibelikan aset lainnya sebagai cadangan darurat keuangan keluarga dan sebagian dipergunakan untuk tambahan kebutuhan pendidikan anak-anak yang beranjak kuliah di kota.

Selisih kelebihan dana dapat dipergunakan untuk membeli lahan pertanian yang akan digarap sendiri dengan melibatkan para pekerja atau disewakan kepada juragan pertanian dengan jangka waktu tertentu sehinga akan mendapatkan dana yang relatif materiil.

Sementara biaya hidup sehari-hari dapat dipenuhi dari gaji pensiun, karena living cost di desa jauh lebih ringan.

Tak perlu kuatir atas rejeki yang telah dijamin oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tugas kita hanya berikhtiar dan menjalankan segala perintah dan meninggalkan seluruh laranganNya.

Terlambat Menyiapkan Dana Pensiun, Ini Solusinya, semoga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun