Inilah yang membedakan seseorang berjiwa wirausaha atau tidak. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan timbulnya jiwa wirausaha didasari akan kebutuhan yang mendesak dan kepepet alias the power of kefefet.
Memaksa seseorang untuk mau tidak mau harus melakukan sesuatu yang merupakan intisari dari kewirausahaan itu sendiri.
Terpaksa berwirausaha karena di PHK, resign dari pekerjaan karena hal tertentu sedangkan mereka butuh mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.
Seringkali the power of kefefet inilah yang memicu adrenalin seseorang dalam melakukan aktifitas yang cenderung out of the box.
Terlebih kepada mereka yang mempunyai jiwa inovasi yang tinggi dan selalu menginginkan perubahan serta selalu ingin memperluas zona nyaman yang telah dinikmatinya. Hal tersebut merupakan bagian dari jiwa pebisnis atau entrepreneur.
Mampu Menginspirasi Penilaian Atas Kesuksesan Pengusaha
Seorang entrepeneur selalu memiliki mimpi positif guna pengembangan usahanya seperti sosok pengusaha sukses yang mereka idolakan.
Setidaknya mereka terinspirasi dengan tokoh-tokoh pebisnis hebat di dalam negeri maupun manca negara.
Kesibukan mereka hanya berkutat tentang bagaimana cara melakukan pengembangan bisnis agar berjalan dengan lancar dalam segala sektor, tentunya dengan tidak meninggalkan etika bisnis.
Dari awal seorang entrepreneur harus paham bahwa yang namanya berusaha atau berbisnis merupakan profesi dengan ketidakpastian hasil. Di dalam perjalanannya terdapat keuntungan dan kerugian, bahkan kebangkrutan atau justru sebaliknya perusahaan yang membesar dan menggurita.
Rasa syukur seorang pekerja mandiri atau pelaku bisnis adalah syukur yang tiada tara, baik pada saat sedang sukses karena bisnisnya mendapatkan keuntungan maupun ketika usahanya sedang mengalami permasalahan atau merugi.
Pasang surut dalam berbisnis adalah “sego jangan” yaitu tahapan yang pasti akan pernah dijalaninya.