Pada prinsipnya sama, ngemis ya ngemis, mau itu ngemis dengan cara konvensional maupun mengemis online sama saja, hanya ganti "baju".
Yang membedakan perangkat dan radius teritorialnya, merubah dari lokal menjadi global, dari alumunium foil bekas bungkus produk makanan kemasan menjadi dompet digital untuk tempat menampung dana hasil "ngemis".
Terdapat dua penyebab warganet melakukan aksi mengemis online.
Pertama, oknum warganet membuat konten mengemis online karena terdesak secara ekonomi lantas mengemis online demi menyambung hidup di tengah resesi global saat ini?
Atau yang Kedua, isi kepala dan hati oknum warganet sedang tidak baik-baik saja, sehingga menjalankan aksi ngemisnya di media online tanpa timbul rasa malu lagi?
Penelitian dan kajian secara mendalam diperlukan untuk mengungkap alasan atau penyebab yang melatarbelakangi maraknya aksi mengemis online.
Tunda menjudge dengan stigma mengemis online, bisa jadi semangat oknum warganet melakukan aksinya mengemis online disebabkan begitu mudahnya masyarakat mendonasikan sebagian rejekinya untuk mereka oknum warganet.
Bahkan segampang seperti memberikan uang receh logam ketika sedang menunggu lampu traffic light menyala hijau di suatu persimpangan jalan.
Bagaimana kalau pihak kita yang "pelit berdonasi" apakah mereka oknum warganet masih akan hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melakukan aksi ngemis onlinenya?
Ada sebuah solusi yang dianalogikan dengan memberikan pancing dan kail. Dengan diberikan alat atau dibantu untuk mendapatkan pekerjaan normal sebagai profesi baru.
Ada rasa tidak percaya meski telah diberikan pancing dan kail dengan cara bekerja ikut orang atau diberikan modal untuk berwiraswasta pun akan sia-sia kalau sudah karakternya mengemis.