Di malam yang sunyi, saat bintang-bintang berkelip di langit, perasaan rindu itu semakin mendalam. Kita teringat saat-saat berharga: tawa bersama keluarga saat makan malam, cerita-cerita hangat yang dibagikan di ruang tamu, atau pelukan hangat dari orang tua. Semua kenangan itu seolah berputar di dalam pikiran, membuat hati terasa hampa.
Namun, entah mengapa, kita masih memilih untuk tidak pulang. Mungkin kita merasa bahwa kita belum siap untuk menghadapi banyak pertanyaan, atau mungkin kita takut bahwa kembali akan membawa rasa sakit yang lebih dalam. Kita terjebak dalam dilema: antara rindu yang menggebu dan ketakutan yang mencekam.
Setiap pesan atau telepon dari rumah semakin memperdalam rasa rindu. Suara orang terkasih di ujung telepon mengingatkan kita akan cinta yang tulus dan kehangatan yang menanti. Namun, rasa ketidakpastian dan keraguan membuat kita tetap tinggal di tempat yang jauh.
Suatu saat, kita harus menyadari bahwa rindu yang mendalam adalah panggilan untuk pulang. Mungkin tidak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah, meskipun kita membawa beban kesalahan dan ketidakpastian. Pulang bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang menyambung kembali jalinan kasih yang mungkin telah terputus.
Ketika rindu semakin memuncak, mungkin saatnya bagi kita untuk melangkah kembali ke rumah. Menghadapi rasa takut dan malu adalah bagian dari perjalanan. Dalam pelukan orang-orang terkasih, kita bisa menemukan kembali diri kita, menyembuhkan luka, dan membangun kembali hubungan yang terabaikan.
Tak pulang adalah pilihan, tetapi rindu adalah panggilan hati yang tak bisa diabaikan. Suatu saat, kita akan mengerti bahwa pulang adalah langkah berani untuk menemukan kembali cinta dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia