Mengenal dan Memahami Makna Motivasi serta Mengelolanya
Oleh: Rohmat Kurnia
Para psikolog dari berbagai cabang disiplin mempelajari kajian tentang motivasi sebagai bagian dari suatu dorongan dari dalam yang menggerakkan suatu organisme terhadap pemenuhan suatu tujuan. Berbagai macam teori telah dikemukakan selama bertahun-tahun dan beberapa menyatakan bahwa kebanyakan orang termotivasi oleh kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologis, sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa orang termotivasi untuk menyeimbangkan berbagai kebutuhan jasmani. Sedangkan teori-teori lainnya memokuskan pada cara-cara bagaimana orang merespon berbagai rangsangan luar, seperti uang, nilai prestasi sekolah, dan berbagai apresiasi prestasi lainnya.
Para peneliti motivasi mempelajari berbagai topik secara luas, termasuk topik tentang kelaparan dan obesitas, hasrat seksual, berbagai dampak dari penghargaan dan hukuman, dan berbagai kebutuhan akan kesuasaan, prestasi, penerimaan sosial, cinta, dan penghargaan diri.
Motivasi merupakan penyebab tingkah laku suatu organisme, atau merupakan alasan suatu organisme untuk melakukan suatu tindakan atau bertingkahlaku. Dalam diri manusia, motivasi melibatkan dua dorongan, yaitu dorongan kesadaran dan ketidaksadaran. Sedangkan teori psikologis harus menjawab tingkatan motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan 'primer', seperti kebutuhan akan makanan, udara atau oksigen, dan air. Begitupun dengan tingkatan motivasi sekunder yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, seperti menjalin hubungan kemasyarakatan atau golongan dan juga prestasi hidup. Kebutuhan-kebutuhan primer tersebut harus benar-benar terpenuhi sebelum suatu organisme masuk ke dalam dorongan-dorongan sekunder.
Pada tahun 1954, seorang psikolog bernama Abraham Maslow mengemukakan teorinya yang menyatakan bahwa semua orang termotivasi untuk memenuhi piramida tingkatan aneka kebutuhan. Bagian dasar piramida Maslow merupakan dasar untuk bertahan, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan tidur. Sedangkan kebutuhan akan keselamatan berada setelah kebutuhuhan-kebutuhan psikologis ini. Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi menjadi penting bagi kita jika kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendasar telah terpenuhi. Berbagai kebutuhan yang lebih tinggi ini meliputi kebutuhan akan cinta dan kepemilikan, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Abraham Maslow telah berhasil memecahkan enam tingkatan motif, yang menurutnya keenam tingkatan tersebut dapat menentukan tingkah laku manusia. Menurut Maslow setiap manusia memiliki enam kebutuhan, yaitu sebagai berikut.
1.    Kebutuhan akan psikologis
2.    Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
3.    Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
4.    Kebutuhan akan kompetensi atau kemampuan, prestise (gengsi), dan penghargaan
5.    Kebutuhan akan pemenuhan diri
6.    Kebutuhan akan keingintahuan dan kebutuhan untuk memahami
Menurut Maslow tidak ada satupun dari teori motivasi yang telah diterima secara universal, namun setidaknya dapat dipakai sebagai pijakan terhadap pemahaman. Sebelumnya, banyak psikolog yang lebih menekankan pengurangan rangsangan pada kemungkinan tingkatan yang terendah. Suatu organisme yang telah diajarkan untuk memiliki tingkah laku tersebut, lebih banyak ditujukan untuk membawa keadaan tanpa dorongan yang diinginkan. Banyak sistem psikologis manusia yang pada kenyataanya menerapkan cara ini. Teori-teori kognitif tentang motivasi sekarang ini, bagaimanapun, hanya menggambarkan pencarian manusia terhadap bagaimana mengoptimalisasikan rangsangan daripada menguranginya dan dengan demikian lebih mudah untuk meliputi penyelidikan tingkah laku, kebutuhan akan segala sesuatu, berbagai reaksi estetika, dan rasa ingin tahu.
Dengan memiliki motivasi berarti memiliki tujuan hidup, karena berangkat dari motif yang dimiliki diri untuk menjalani hidup. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki motivasi selalu tahu apa yang harus dilakukannya dan memiliki energi lebih besar untuk itu. Tidak ada hari baginya untuk santai karena ada keinginan yang ingin segera ia wujudkan. Misalnya, seseorang ingin memiliki kendaraan bermotor, karena keinginannya itu, maka ia termotivasi untuk rajin bekerja dan menabung, setiap hari. Bahkan baginya tidak ada alasan untuk bersantai-santai dulu, karena waktu berharga setipa detiknya. Akhirnya, dengan kerja keras orang tersebut akan berhasil mewujudkan apa yang diinginkannya, bahkan mungkin lebih jika proses perjuangannya betul-betul kreatif dan membangun, seperti misalnya selain bekerja sebagai karyawan ia juga nyambi sebagai pedagang, karena digeluti dengan serius ia pun mendapat pelanggan tetap dan modal yang cukup untuk membuka usaha baru.
Dengan demikian, jika merujuk pada penjelasan dan contoh di atas, seseorang yang memiliki motivasi akan bersikap seperti berikut.
1.    Selalu mengaktualisasikan diri dalam kesehariannya karena ia memiliki tujuan hidup, dengan memiliki tujuan hidup ia memiliki alasan untuk giat bekerja dan berusaha untuk mencapai tujuannya.
2.    Memiliki perilaku yang terarah karena tujuan hidupnya telah jelas dan terang, sehingga ia selalu memiliki arahan untuk menjalani kesehariannya dan tahu apa yang harus dan jangan dilakukannya.
3.    Lebih bersemangat dalam mengejar impian, seperti halnya seorang anak yang diiming-imingi hadiah mainan yang diimpikannya jika nilai-nilai di sekolahnya bagus, maka ia memiliki alasan dan tujuan untuk mendapatkan nilai bagus, apa lagi jika hadiah tersebut sudah di depan mata.
Sebenarnya mudah bagi siapapun untuk memiliki motivasi karena pada dasarnya dorongan tersebut ada pada diri setiap individu, yaitu berupa kebutuhan. Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengenali motif yang ada pada dirinya atau kurang menyadarinya, sehingga ia membutuhkan input untuk menyulut motif tersebut. Dan jikapun seseorang dapat menemukan dan mengembangkan motivasi dalam dirinya, sebaiknya dilandasi juga dengan kesadaran akan konsekwensi dari usaha yang dilakukan dan kemampuan untuk menggapai kebutuhan yang diinginkan tersebut.
Misalnya, setiap orang butuh akan alat transportasi untuk memudahkannya tiba di tempat yang dituju dengan lebih cepat dan efisien, sedangkan menggunakan kendaraan umum bisa jadi masalah karena pertimbangan kekurangannya, seperti selalu sesak penumpang, rawan kejahatan, sering berhenti, atau sopir yang ugal-ugalan. Dengan demkian, memiliki kendaraan pribadi adalah solusinya. Di sinilah ia harus bijak, apakah jika membeli kendaraan bermotor roda dua sudah sesuai dengan pendapatannya meskipun dengan cara keridit? Jika diraskan dengan keridit cukup menyesakkan, maka sepedalah yang menjadi pilihannya, dengan pertimbangan lebih murah, tanpa harus membuat sim, bebas pajak, dan tentu saja tidak perlu mengisi BBM. Dengan begitu, ia bisa menabung lebih banyak dari sebelumnya dan jika ia telah benar-benar mampu karena tabungannya telah banyak maka tidak menutup kemungkinan kendaraan bermotor roda empatpun bisa ia beli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H