Mohon tunggu...
Bang Omdo Omong Doang
Bang Omdo Omong Doang Mohon Tunggu... wiraswasta -

Rakyat Jelata..Bicara Apa Adanya, Kadang Sok tau juga, Namanya juga Omdo aka Omong Doang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Penyatuan Zona Waktu Indonesia, Juga Untuk Kepentingan Para "Koruptor" dan "Kapitalis"!

13 Maret 2012   06:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:08 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331618620103734510

"Kawan, kita orang so bangun (sudah bangun). Matahari so terang di sini, ngana (kamu) kok blom bangun. Kapan itu kiriman uang masuk par kita. Mau blanja saja tunggu kamu orang semua bangun di Jawa! Blom lagi alasan macet, bank blom buka lah." Cerita seorang kawan sambil ngopi tadi pagi, tentang percakapan seorang kenalannya dengan seorang anggota dewan di ujung Indonesia Timur.

"Ayam sudah berokok belum di sana?"

"Jangankan ayam kawan! Babi, kambing smua so cari makan. Cepat sudah, bangun  lalu kirim itu uang par (buat) kita!"

"Ah sabar dulu, masih pagi di sini. Bank blum buka!"

"Kalo ngana lama kirim uang par kita, proyek yang kita janji itu, kita kasi par (buat) orang lain saja!"

"Ogh jangan! Ok, Saya bangun sekarang! Punya ATM gak?"

"Kita sudah di depan ATM dari jam 6 pagi ini! Cepat sudah!"

"Tapi sabar, kirim jangan banyak-banyak  dulu. Nanti PPATK tau!"

"Apa itu PPATK?"

"Ngana bagemana sih, hidup di kota besar tar (tidak) tau PPATK. Itu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan."

"Apa urusannya?"

"Kita kan anggota dewan! Bisa masuk penjara nanti. Ngana kirim dulu 200 juta. Sisanya kita terbang ke Jakarta buat ambil. Jadi cepat sudah! Besok kita so ada di Jakarta!"

"Ok..ok , segera. Tapi kalo kamu mau terbang besok ke Jakarta, ambil pesawat pagi! Nanti sampai sini udah malam. Saya sudah ada urusan lain, belum lagi macet!"

"Sudah saya tau! Mau proyek tidak? Cepat transfer sekarang!"

***

Sejenak Omdo dibuat terpana dengan cerita transaksi seorang pengusaha Jakarta dengan anggota dewan di daerah ini. Terpikirlah Omdo soal zona waktu Indonesia  yang ramai-ramai didukung pejabat negara belakangan ini.

Tanpa ingin itung-itungan ulang atau mencari alasan ala Quirico Filopanti sang penggagas zona waktu dan analisa macam-macam dari  berbagai pihak dengan mengambil contoh segala macam negara lain yang katanya berhasil karena penyatuan zona waktu itu, Omdo ingin melihatnya dalam sisi yang sedikit berbeda.

Tapi sebelumnya, Omdo perlu kasih tau dulu sebagai sebuah catatan saja buat kita. Negara kita ini kalau dilihat dari sisi geografi adalah negara kepulauan atau archipelago state, bukan continental state. Dimana archipelago state, sampaisaat ini masih memiliki banyak masalah kesenjangan dan untuk pemerataan pembangunan. Penyelesaiannya  bukan pada zona waktu tetapi pada niatan dan perilaku para pejabat di negeri ini. Terutama di pusat alias Jakarta.

Percepatan pembangunan dan segala itungan efesiensi gak akan berpengaruh apabila orientasi pejabat bangsa ini tidak mengarah pada archipelago state. Memaksakan penyatuan zona waktu, saya lebih menilai bahwa pemikiran continental state masih ingin dipertahankan terus dan akan menjadi penghambat di dalam membangun kepulauan-kepulauan tertinggal di Indonesia.  Memang siapa yang mau menjamin, kalo penyatuan zona waktu di Indonesia dapat memperlancar distribusi dan transaksi di wilayah tertinggal di Indonesia? Ini negara kepulauan, Bung!

Jadi bagi Omdo, gak ada hubungannya. Kalau hubunganya untuk transaksi dan jadwal meeting "haram" jelas memang ada hubungannya. Zaman sudah berteknologi tinggi, soal distribusi dan transaksi tergantung fasilitas dan infrastruktur  lainnya, semua dapat berjalan dengan baik kalo mau diusahakan.

Kalo saja mau menyatukan Zona waktu, jangan terlalu lebai dengan membawa itung-itungan yang gak sebanding dengan hasil pemerataan pembangunan di bagian timur yang sudah puluhan  tahun sejak Indonesia merdekapun tidak menunjukan hasil yang memuaskan, malah menimbulkan konflik yang tak berkesudahan. Ujung-ujungnya yang diperkaya juga ujung barat Indonesia (pusat), lalu ujung timur Indonesia akan dijadikan sapi perah. Bukan saja manusia, Bung, yang sudah terpola, seperti percakapan tadi. Babi, kambing bahkan sapi pun sudah terpola dengan iklim dan keadaan alam dimana matahari terlihat lebih dulu.

Pada akhirnya kesimpulan Omdo nih, penyatuan zona waktu gak hanya berdasarkan keuntungan menurut itung-itungan BI dan Departemen Keuangan semata. Tetapi juga menguntungkan para kapitalis dan koruptor di pusat untuk memperkaya diri mereka secara individu atau kelompok!

Buktikan yang jelas! Kalau penyatuan zona waktu Indonesia, mampu menjawab percepatan pembangunan dan pemerataan di wilayah Timur Indonesia! Jangan mencari sensasi semata dan membelokan masalah krusial yang sudah karatan selama ini.

Sumber Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun