Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Net TV, "Besar Pasak daripada Tiang"?

13 Agustus 2019   20:38 Diperbarui: 15 Agustus 2019   13:02 7091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan bintang-bintang ternama yang "dibajak" dari Trans TV ke Net TV dan dikontrak sampai ratusan juta, membuat "pasak" membengkak. Mengundang artis-artis ternama, bahkan dari luar negeri, itu adalah cost, "pasak".

Sementara "tiang"-nya tidak kokoh. Sepanjang 6 tahun, kabarnya Net TV belum memiliki profit, karena sales dari tiap program-program jeblok. Boro-boro profit, revenue-nya belum bisa mencapai titik break event point (BEP). Masih ngos-ngosan.

***

Sebetulnya konsep Net TV dalam menghadapi era digital ini sangat bagus. Target pasar Net TV cukup pun jelas, menengah ke atas. "Saat NET lahir, kami sudah canangkan bahwa (Net TV) bukan saluran televisi biasa, tetapi juga saluran TV yang agresif di digital," tutur Dirut PT Net Mediatama Indonesia Wisnutama Kusubandio (SWA, 6 Juli 2017).

Aktivitas digital Net TV, tambah Tama (begitu panggilan pria mantan karyawan Trans Corp ini), paling "berisik" di media sosial, dibanding dengan televisi lain. Kualitas followers Net TV juga bukan cuma sekadar "berisik", melainkan target potensial. Mereka pengambil keputusan, punya daya beli, dan punya pengaruh. 

Di media sosial, dibanding stasiun televisi yang sudah lama berdiri seperti RCTI, Net TV sudah cukup baik. Salah satu indikatornya bisa kita lihat dari akun media sosial. Youtube, misalnya.

Akun Youtube milik RCTI baru 1,3 juta subscribers, sementara Net TV sudah melambung di angka 3,7 subscribers. Itu baru soal subscribers, viewers video-video Net TV pun ditonton rata-rata ratusan ribu, sementara RCTI belum mencapai angka segitu. Di Instagram, followers RCTI dan Net TV bersaing, di angka hampir 1,5 juta. 

Bukan cuma di program hiburan, media sosial Net TV juga "menguasai" netizen milenial yang haus akan news. Untuk televisi yang bukan bergerak di segmen berita, Net TV bersaing dengan tvOne. Subscribers akun Youtube tvOne adalah 1,7 juta. Sementara Net TV 1,4 juta. Cuma beda 300 ribu subscribers. Angka tersebut sama dengan subscribers Youtube milik televisi berita milik Surya Paloh, Metro TV yang juga baru 1,4 juta. 

Net TV juga membuat akun-akun medsos lain, yang jumlah subscribers dan followers-nya cukup baik grafiknya. Dari sejumlah akun tersebut, tercatat video-video Net TV sudah ditonton lebih dari 2 miliar. Tentu jika dimonetisasi, penghasilan dari medsos tersebut luar biasa.

Nah, fakta tersebut memberikan gambaran, bahwa sebetulnya jika ada yang menganalisis Net TV salah membidik target market, rasanya kurang tepat. Bagi penulis, Net TV sudah benar dalam membidik target. Yakni, penggila hiburan, kreatif, milenial, pengguna media sosial, dan gemar berbelanja. Net TV juga sudah siap berkompetisi dalam era digital ini. 

Lalu apa masalahnya? Ya seperti analisis penulis di atas tadi. Monetisasi dari medsos belum bisa menutup cost membiayai program dan gaji SDM yang sangat besar. "Pasak" masih besar dari "tiang". Net TV masih menggunakan metode high cost, tapi low profit. Dan ini memang butuh segera membuat strategi-strategi baru, di mana menang di semua lini: on air, off air, tentu juga di platform digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun