Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kru TV Indonesia di Asian Games 2018, Siap Kerja Lebih dari 8 Jam dan Tidak Makan Nasi

27 Agustus 2018   17:15 Diperbarui: 10 September 2018   17:08 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandy, campers Indonesia yang mengabadikan cabor bulutangkis di Asian Games 2018

Selaku pemilik Asian Games di seluruh dunia, Olympic Council of Asia (OCA) menunjuk Emtek Group memegang hak cipta Asian Games pada 2018 ini. Oleh karena itu, dua televisi di bawah Emtek, yakni SCTV maupun Indosiar (IVM), berhak menayangkan sejumlah pertandingan di Asian Games.

Namun, meski ditayangkan di SCTV maupun Indosiar, tetapi tak banyak tahu, bahwa kru yang bertugas untuk menyiarkan langsung semua pertandingan bukanlah kru SCTV atau Indosiar, melainkan kru dari International Games Broadcast Services (IGBS). 

Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC) selaku panitia penyelenggara Asian Games telah menunjuk IGBS sebagai penyedia layanan siaran Asian Games atau bahasa kerennya host broadcast.

IGBS adalah perusahaan gabungan antara Host Broadcast Services (HBS) dan IMG Media. HBS sudah berdiri sejak 1999.

Perusahaan ini melayani software, hardware, berikut SDM dalam dunia broadcast kelas dunia.

Sementara IMG Media adalah perusahaan olahraga, hiburan, dan media terkemuka kelas dunia yang beroperasi di 30 negara.

Pada September 2004, perusahaan yang sebelumnya bernama Doha Asian Games Broadcast Services (DAGBS) ini, mengubah nama menjadi IGBS.

Perubahan nama ini bertepatan dengan event yang mereka garap, yakni menjadi host broadcast untuk Asian Games ke-15 di Doha pada 2006.

Dari pengalaman dan keberhasilan menjadi host broadcast tersebut, IGBS terus menjadi host broadcast di event olahraga kelas dunia lain, antara lain Asian Games ke-16 di Guangzhou (2010), Asian Winter Games Astana-Almaty (2011), Asian Games ke-17 Incheon (2014), SEA Games Singapura ke-28 (2015), dan terakhir ditunjuk sebagai host broadcast di Piala Dunia Rusia pada 2018 lalu.

IGBS memberikan jaminan layanan penyiaran 38 pertandingan dengan segala peralatan maupun kru yang bertugas.

Peralatan Asian Games 2018 ini, didatangkan dari Rusia. Sebab, sebagian besar peralatan berasal dari London dan Prancis, di mana sempat dipakai di Piala Dunia Rusia pada 14 Juni hingga 15 Juli 2018 lalu.

Tak cuma kamera yang jumlahnya mencapai 427 untuk 40 cabang olahraga (cabor), namun juga peralatan yang dipergunakan di control room.

Semua alat yang disediakan IGBS ini, berkualitas super HD 10-80 inch. Jika dihitung, ongkos produksi per cabor U$D 350 ribu atau sekitar Rp 4,7 miliar dengan kurs dolar Rp 14 ribu. 

Ongkos produksi segitu dengan jumlah peralatan standar, yakni 5 kamera plus camera slow motion. Ongkos produksi akan meningkat jika cabornya di jalan raya. Cabor balap sepeda, misalnya. IGBS akan menyewa helikopter. Atau peralatan underwater camera untuk merekam cabor renang yang diletakkan di dalam kolam.

Sebagaimana penulis sebutkan di awal tulisan, bahwa kru yang bertugas di Asian Games 2018 ini bukanlah kru dari SCTV, Indosiar, atau tv nasional lain. Semua kru merupakan kru "cabutan" dari berbagai negara. 

Semua kru ini adalah kru freelance profesional. Kru dari Emtek (holding company SCTV dan Indosiar) cuma ada pas sesi wawancara pemain dengan presenter, begitu kelar pertandingan. Ada juga kru INASGOC yang cuma liput highlight. Semua pertandingan masing-masing cabor, dikendalikan oleh kru profesional IGBS.

IGBS merekrut mereka dengan membuka aplikasi melalui website. Khusus di Asian Games 2018 ini, mereka dikontrak selama berlangsung, yakni mulai dari 18 Agustus sampai 2 September 2018, dan per cabor.

Karena berasal dari berbagai negara, maka semua kru dibayar dengan menggunakan mata uang US$, termasuk kru dari Indonesia.

Sandy, campers Indonesia yang mengabadikan cabor bulutangkis di Asian Games 2018
Sandy, campers Indonesia yang mengabadikan cabor bulutangkis di Asian Games 2018
Sandy adalah salah seorang campers Indonesia yang menjadi kru IGBS. Ia dikontrak untuk mengabadikan pertandingan di cabor bulutangkis.

Di bulutangkis, ada 6 orang campers yang bertugas, salah satunya Sandy. Sementara total kamera di lapangan ada 10 unit, yakni 5 kamera dan beauty shot dioperasikan oleh 6 campers. Selebihnya camera statis tanpa operator yang diletakkan di top angle, di depan net, dan 2 kamera di garis lapangan.

"Setiap hari waktu kerjanya sesuai dengan schedule pertandingan," ujar campers yang sempat bekerja di sejumlah stasiun televisi seperti Indosiar, Metro TV, tvOne, Alif TV, maupun Bloomberg TV Indonesia ini.

Oleh karena sesuai jadwal pertandingan, maka di saat babak penyisihan bulutangkis, Sandy bekerja lebih dari 8 jam. Fisiknya terkuras habis. Hal tersebut tentu sudah risiko pekerjaan, apalagi ia sudah tanda tangan kontrak. Namun, kelar babak penyisihan, waktu kerja Sandi malah kurang dari 8 jam.

Lain lagi dengan Trisno. Campers profesional jebolan Metro TV dan tvOne ini ditempatkan oleh IGBS di cabor sepak takraw yang berlangsung di Palembang. Pria berkacamata ini mengaku senang bisa kerja bareng dengan IGBS, apalagi ini pengalaman pertamanya kerja dengan kru bule.

"Kalo menjadi campers konser-konser musisi besar alhamdulillah sudah sering, tetapi menjadi campers di event olahraga, baru kali ini," aku campers yang dibayar antara 200 sampai 300 dolar per hari ini.

Seperti juga Sandy, jadwal kerja Trisno padat sekali saat penyisihan. Tepatnya di minggu pertama, jadwal kerjanya lebih dari 8 jam. Saking sibuknya, ia sering telat untuk makan dan sholat, karena harus bergantian dengan kru lain.

Apalagi campers di pertandingan sepak takraw cuma 6 orang dari total 9 kamera (6 campers + 1 camera di net dan 2 camera beauty shot tanpa campers).

Untuk makan, ia harus mengikuti menu kru "bule". Harap maklum, kru banyak dari luar negeri yang tidak mengkonsumsi nasi.

Tak heran, saat jam makam di kala pertandingan, ia dan teman-teman dari Indonesia tak pernah bertemu nasi.

Menu kru "bule" yang dimaksud lebih banyak sayur dan kentang. Trisno baru menyantap nasi jika ada di hotel, tepatnya saat makan pagi.

Salah satu menu kru IGBS. Bagi kru tv Indonesia, menu ini gak
Salah satu menu kru IGBS. Bagi kru tv Indonesia, menu ini gak
"Dukanya soal makanan," ungkap Sandy. "Karena kerja bareng yang banyak orang bule, jadi makanan mengikuti makanan orang bule. Akhirnya banyak kru yang nggak makan dan beli sendiri yang ada nasinya".

Tentu makanan bukan faktor yang menjadikan Sandy dan Trisno ogah lagi bekerjasama dengan IGBS. Justru mereka berharap bisa kerja bareng dengan tim IGBS. Bukan cuma honor projek yang lumayan besar dan pakai dolar, tetapi juga pengalaman kerja bareng dengan kru dari berbagai dunia. Apalagi sebagian kru ada yang sempat menjadi campers di Piala Dunia 2018, tentu sangat membanggakan.

"Sebenarnya bulan depan IGBS mendapat kontrak menjadi host broadcast untuk F1. Namun sayang, saya telat untuk mendaftar jadi kru," ujar Trisno, campers yang sempat jadi kru September Ceria with Vina Panduwinata, Konser Akustik Tohpati, dan sejumlah konser musik lain.

Salam Profesional!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun