Dengan cara:
a. Diferensiasi konten (materi):
Untuk membedakan materi  sesuai kemampuan siswa,  jika ada siswa yang tidak mampu maka harus mencari materi lain yang berkaitan, yang paling mudah,  jangan di paksa harus hafal sesuai keinginan guru (kecuali materi yang sudah qot'i tidak bisa si rubah seperti Al-Fatihah, tahiyat (beberapa versi bacaan) ya wajib hafal).
Contoh : saat mempelajari doa iftihah
- boleh diawali Allahu akbar kabiro
- boleh menggunakan wajjahtu
- boleh memulai dengan Allahumma Baid baini
b. Diferensiasi proses :Â
Proses penyampaian, Â bagaimana siswa dapat memahami materinya.
Cara proses terserah siswa (guru hanya memonitor)
- boleh menghafal bareng-bareng
- boleh mengeja pelan-pelan
- boleh dengan tutor sebaya
- boleh di tulis pake bahasa Indonesia lalu di hafal bagi yang belum bisa baca Al-Quran.
- boleh mendengar / melihat video youtube, dengan istimror (mengulang-ulang).
c. Diferensiasi produkÂ
yaitu hasil peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran.
Produk itu hasilnya, Â siswa boleh menirukan gaya guru saat mengajar dengan materi yang dipahami di depan kelas, atau bercerita tentang materi shalat, bacaan doa iftitah, tahiyat atau doa setelah shalat.Â
Intinya terserah siswa untuk memilih gaya, mengekspresikan penyampaian yang di inginkan tetapi guru tetap mengawasi jalannya pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, guru tidak boleh tergesa-gesa menuntaskan materi dan  tidak ada lagi sumatif seperti kurikulum lama, yang ada bagaimana peserta didik paham. Jadi sekarang belajar tuh tidak usah nguber setoran materi harus rampung, semester ganjil, kontennya harus tuntas, peserta didik paham atau tidak tentang kontennya yang penting tuntas materinya.
Kurikulum Merdeka sudah bukan zamannya guru memberikan tugas yang tidak tanggung-tanggung suruh menyalin materi hingga selesai, itu baru satu guru andai semua guru memberikan tugas dalam waktu bersamaan maka dapaat dibayangkan betapa berat bebannya, sudah dimarahin guru juga ditambah tekanan dari orang tua supaya cepat dapat nilai.