Mohon tunggu...
Aby Abbad21
Aby Abbad21 Mohon Tunggu... Guru - Guru MTs N 15 Jakarta

Belajar dan berani menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tajamnya Lidah Merobek Kebaikan

6 Agustus 2023   21:03 Diperbarui: 6 Agustus 2023   21:08 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah.....

Wahai kawanku....

Ingat pepatah bahwa lidah itu tidak bertulang tetapi tajamnya melebihi pedang. Pedang membuat luka jasmani saja tetapi lidah membuat luka hati (rohani) yang membekas, sembuhnya memakan waktu lama, bila dilakukan oleh manusia yang pikirannya pendek ia akan melampiaskan kepada orang yang lidahnya tajam bak singa yang menerkam mangsa.

Berfikir lah terlebih dahulu sebelum  berbicara, bisa saja bicara kita akan membuat seseorang sakit hati, karenanya jauhilah dari lisan kita dengan tidak mengumpat, tidak mengadu domba, tidak membicarakan aib orang lain, tidak dusta, tidak bermusuhan dan tidak berdebatan. 

Menurut Hasan Bashry mengutip sabda Rasulullah saw  " Lisan orang mu'min itu berada di belakang hatinya, bila ia akan berbicara ia akan memikirkan ucapannya dengan hatinya kemudian baru diutarakan swngan lisannya. Sedangkan lisan orang munafik itu ada di depan hatinya, ia sampaikan dengan lisan tanpa pikir panjang, tanpa di saring  serta tanpa mempertimbangkan dengan hatinya. 

Dengan lisan kita berbicara, mengeluarkan suara yang dapat di dengar orang lain, lidah dan suara dapat  menimbulkan petaka bila bicaranya menyinggung perasaan dan membuat sakit hati, bila di sakiti melawan akan timbul permusuhan yang berakibat fatal. Bila yang disakiti tidak melawan hanya diam sedih dan meneteskan air mata tetapi bathinnya terluka dan dia terzholimi maka ingat kawan.....doanya orang yang tersakiti tanpa bersalah tidak ada hijab antara ia dan Tuhannya (Allah).  

Karenanya Imam Al-Ghazali berkata " Bahaya lidah itu sungguh sangat besar dan tidak ada yang selamat darinya melainkan diam dan diam kemudian diam".

Susah dan berat memang, bila emosi memuncak, akalnya pendek, amarahnya meledak tanpa mampu di bendung, pikiran berkecamuk, maka lidah dan anggota tubuh lainnya bersatu padu membuat situasi genting , disitulah ammarotul bissu (amarah angkara murka) akan berpegang peran akhirnya timbul pertumpahan darah dengan dalih menjaga kehormatan harga diri. 

Inilah yang dikwatirkan  Rasulullah saw terhadap orang yang mengumbar lidahnya, banyak omong tentang keburukan yang menimbulkan seseorang terdholimi, banyak dusta tanpe berpikir banyak.

Dengan sabdanya "Barang siapa banyak bicara (tanpa menghasilkan manfaat)  niscaya banyak salahnya, siapa yang banyak salahnya maka banyak dosanya, siapa yang banyak dosanya  maka nerakalah tempat yang layak baginya.

Hawai saudaraku......

Sekali lagi menjaga lisan itu memang berat dan berat,  bila mampu menjaga lisan serta mampu menjaga tangannya dari berbuat sewenang-wenang  kepada yang lemah (anak, teman, anak buah, rakyat) maka dialah yang disebut oleh Rasulullah sebagai seorang Muslim Sejati yang dapat mengayomi, melindungi memberi kenyamanan dan ketenangan jiwa dan lingkungan. 

Bila berbicara akan menimbulkan bahaya dan mengakibatkan kerugian besar bagi dirinya  dan orang lain atau masyarakat, jalan terbaik yaitu mampu menahan emosi, memperbanyak istighfar walau hati tersakiti dan menangis sedih yaitu dengan diam dan diam kemudian diam.

Dalam bab "AFAT AL-LISAN" Bahaya lisan:  Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa Rasulullah memberikan apresiasi tertinggi bagi siapa saja yang mampu menjaga lisan penuh keikhlasan dan kesabaran.

"Barang siapa diam (tidak mengumbar lidah untuk menyakiti) niscaya akan selamat" (HR. Turmudzi)

"Diam itu bijaksana dan sedikit orang yang mampu melakukannya". 

Abu Bakar Ash Shidiq sahabat Rasulullah pernah meletakkan batu kemulutnya agar mulutnya terkunci dan mencegah dari perkataan kasar yang membuat orang lain marah tersinggung, lalu beliau menunjuk mulutnya yang tersumbat batu sambil berkata " inilah yang menjerumuskan ku dalam kebinasaan".

Oleh karena itu wahai saudaraku....

Gunakan lidah untuk 

1. Berkata hanya dengan kebaikan dan hindari berkata yang tidak penting-penting amat.

2. Berlebihan dalam berbicara, bahasa kasarnya "nyerocos" tanpa adanya rem.

3. Membicarakan urusan maksiyat, menceritakan hal ihwal wanita dengan kawan yang menjurus hal - hal negatif, menceritakan aib, kesewenangan atasan atau bawahan, membahas kenikmatan orang lain.

4. Perdebatan kusir yang tidak berujung karena kurangnya pemahama tema yang dibicarakan 

5. Pertengkaran dengan dalih apapun

6. Berkata keji, tega mengucapkan kata-kata yang tidak pantas di lontarkan dengan mencaci maki di depan umum, melalui media sosial  atau privasi, dengan update status.

7. Mengutuk,  sumpah serapah dengan sebutan binatang, menggunakan bahasa kasar seperti menyebut orang dengan sifat kebodohan dan kemalasan (tolol /idiot) yang serumpun dengan kata itu.

Wahai kawan.....

Ingat selamat ...

Ingin aman....

Ingin nyaman dan tenang jiwa raga

Maka diam .... Diam .....diam walau itu terasa tak puas.

Sabar...sabar... Dan sabar kemudian sabar ..walau itu ada batasnya. Batasnya sabar adalah tawakal pasra kepada Yang Maha Memberi Ujian.

Karena itu Rasulullah bersabda "Orang mukmin itu bukan pencaci maki, pengutuk, berkata keji dan tidak berlidah kotor".  ( Hr. Turmuzhi).

Haiiii kawan.... ingat... dalam bicara terdapat bencana dan di dalam diam ada kesejahteraan, keutamaan diam sangat besar dan sangat berpengaruh tentang keutuhan cita-cita untuk menyongsong masa depan (dunia akhirat) gemilang, diam itu wibawa bukan berarti diam itu " cupu" tapi diam itu emas walau ternoda oleh kotoran, terendam diselokan bertahun-tahun tetap menjadi emas.

Diam itu dapat mengumpulkan dua  keutamaan, yaitu selamat dalam agamanya dan mengerti arti solidaritas teman (menjaga nama baik) walau ia buruk dan jahat di matamu.

Ingat pesan Twawus dalam kitab Ihya Ulumudiinnya Imam AlGhazali.

"Lidahku laksana binatang buas, jika aku melepasnya niscaya lidah ku akan menerkam diriku sendiri" (baca dan pahami berkali-kali kata-kata mutiara ini).

Muhammad bin Wa'si, pernah berkata kepada Malik bin Dinar " Wahai Abu Yahya, ternyata menjaga lidah itu lebih berat dari pada menjaga uang dinar dan uang dirham".

"Dianggap orang yang tidak paham dan mengerti tentang agamanya adalah orang yang tidak mampu menjaga lidahnya".

Demikianlah sekelumit tulisan penulis yang ditujukan kepada pribadi penulis agar mampu menjaga lidah guna kemaslahatan orang lain.

Aaamiiin semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun