Sebagaimana diterangkan di atas, nilai RON berkaitan erat dengan gas buang (emisi) yang dihasilkan kendaraan. Logikanya, semakin tinggi nilai oktan BBM, maka pembakarannya semakin sempurna, dan polusi udara yang dihasilkan juga semakin rendah.
Sebagai perbandingan, BioSolar subsidi memiliki angka cetane 48 dan keluaran kadar sulfur mencapai <3.500 ppm. Sedangkan, Dexlite angka cetane-nya 51 dan kadar sulfurnya <1.200 ppm, kemudian Pertamina Dex sebagai flaghship produk terbaik Pertamina, memiliki angka cetane 53 dan kadar sulfur sangat rendah, yakni <300 ppm.
Yang perlu diketahui, penggunaan BBM dengan nilai oktan yang rendah memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan. Yang paling utama adalah menghasilkan polusi udara secara signifikan.
Dan, polusi udara itu sendiri memiliki beragam ekses negatif bagi kesehatan masyarakat. Misalnya, kandungan Nitrogen Dioksida yang terlalu tinggi sebagaimana dihasilkan emisi kendaraan bermotor beroktan rendah bisa menyebabkan penyakit paru-paru.Â
Kemudian, hidrokarbon juga bisa menjadi pemicu kanker, serta polusi udara bisa berdampak buruk bagi perkembangan otak bayi dan anak-anak. Polusi udara juga bisa memicu stroke, kanker paru-paru, juga penyakit jantung.
Menurut catatan WHO, sembilan dari sepuluh orang menghirup udara kotor dan membunuh 7 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Epilog
Semua dari kita pasti berharap adanya kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Termasuk dari aspek lingkungan.
Pengalaman udara bersih karena adanya PSBB dan social distancing di Jakarta, harusnya menjadi motivasi agar kita bisa hidup dengan lebih sehat. Salah satunya dengan mendorong penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Inilah momentum penggunaan BBM yang lebih tepat dan sehat.