Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

[Ngaji Ala Saya] Komitmen Menjaga Takwa Pasca Ramadan

17 Mei 2020   06:39 Diperbarui: 17 Mei 2020   06:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu terus bergulir. Tak terasa kita sudah berada di penghujung bulan suci Ramadan. Tamu agung itu sebentar lagi akan meninggalkan kita. Air mata perpisahan akan dirasakan oleh seluruh umat Islam di dunia, sebagaimana para sahabat nabi meneteskan air mata kesedihan karena takut tidak berjumpa lagi dengan Ramadan yang akan datang.

Mengapa Rasulullah, sahabat, dan para ulama terdahulu menangis ketika akan berpisan dengan Ramadan? Tidak lain adalah karena menjaga takwa pada bulan selain Ramadan benar-benar tidak mudah.

Ramadan ibarat oase di tengah teriknya mentari di atas padang yang membakar. Alangkah beuntungnya seseorang ketika mendapati bulan ramadan dalam keadaan sehat. penuh kesempatan untuk meneguk segarnya beramal dan belajar. Sebab ramadan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, ampunan, dan kasih sayang dari allah untuk para hamba-nya.

Salah satu keberkahannya adalah ramadan sebagai bulan madrasah tarbiyah. Bulan pendidikan bagi umat Islam. Begitu banyak materi tarbiyah yang tersaji di bulan ramadan.

Di bulan ramadan, tentu ada sekian kebaikan yang telah dilakukan. Akan tetapi, apakah semua yang telah diamalkan di bulan Ramadan, berupa ibadah dan amal saleh yang terasa ringan, dapat dipertahankan, bahkan bisa diperkuat pada bulan-bulan pasca ramadan?

Inilah permasalahan yang tidak ringan. Begitu Ramadan pergi, nuansa riligius secara sosial langsung bubar kemudian lenyap. Bahkan banyak orang yang lupa dengan kebaikan dirinya pada Ramadan. Ibadahnya perlahan kendor sementara godaan untuk melanggar perintah-Nya kian menguat. Jika Ramadan ibadahnya kuat, di luar Ramadan melorot.  Di sini, takwa mendapat ujian yang tidak ringan.

Maka, dibutuhkan komitmen kuat untuk menjaga ketakwaan pasca Ramadan. Untuk itu, kita bisa belajar dari sahabat Umar bin Khattab ketika ditanya oleh Ubay bin Ka'ab. Ubay bertanya kepada Umar tentang makna takwa.

Khalifah Umar malah balik bertanya, "Pernahkah engkau berjalan di tempat yang penuh duri?"

Ubay bin Ka'ab menjawab, "Ya, pernah."

"Apakah yang engkau lakukan?" tanya Umar kembali.

"Tentu aku sangat berhati-hati melewatinya!" jawab Ubay bin Ka'ab.

"Itulah yang dinamakan takwa," ujar Umar.

Wallauhu a'lam bish-shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun