Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas, Berbohong Itu Tidak Jujur Lho!

16 Oktober 2017   14:43 Diperbarui: 16 Oktober 2017   14:57 2229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Proses penilaian di setiap mata pelajaran dapat menjadi alat untuk menanamkan karakter jujur pada siswa. Syaratnya adalah guru harus membuat dan menjalankan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran dengan memasukkan nilai karakter jujur pada kegiatan pembelajarannya di setiap kompetensi dasar yang dibebankan kepada siswa. Sehingga, siswa diharapkan tidak hanya fokus pada nilai akademik saja tetapi juga nilai karakternya. 

Hal ini akan semakin baik jika didukung sekolah yang bersangkutan dengan cara membuatkan Rapot Karakter selain Rapot Akademik. Dan jika memungkinkan, menjadikan nilai pada Rapot Karakter tersebut sebagai salah satu syarat kenaikan kelas. Maka, kebiasaan guru menilai kejujuran siswa dalam proses belajar mengajar akan menjadi stimulus yang baik untuk menumbuhkan respon berupa sikap kejujuran siswa.

Akhirnya, usaha guru dalam menanamkan karakter jujur pada siswa dengan menggunakan pendekatan behaviorisme, dapat dimulai dengan memberikan stimulus berupa keteladan kejujuran guru terlebih dulu. Kemudian berusaha menjadi guru yang difavoritkan anak didiknya agar segala nasihat kita didengar dan diperhatikan. 

Seorang guru juga harus terampil dan bersikap kritis terhadap permasalahan siswa. Konsistensi reward dan punishment pun harus ditegakkan agar siswa terbiasa bersikap jujur. Selanjutnya, guru harus membiasakan mengambil nilai karakter jujur siswa dalam kegiatan pembelajaran di setiap mata pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian, stimulus-stimulus berupa pembiasaan untuk bersikap jujur akan menghasilkan respon-respon kejujuran dari anak didik yang kemudian menjadi karakter mereka di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun