Yang sangat menarik adalah beliau melukis setiap lukisannya itu tak sampai 5 menit sudah jadi. Contoh lukisan seperti gambar di atas. Dan, yang paling menarik lagi adalah ia memberikan "oleh-oleh" dalam setiap lukisannya sebagai buah dari pandangan mata batin beliau.
Kami memang cukup berdebar waktu menunggu beliau melukis. Sebab mentor kami sebelum mempersilahkan kami difoto dan dilukis menerangkan bahwa beliau itu memiliki kelebihan pandangan batin sehingga hasil lukisannya tidak seperti yang terjepret oleh kamera berupa pose wajah kita saja, melainkan boleh jadi nanti hasil lukisannya tiba-tiba kita sedang ngapain gitu. Terserah pandangan mata batin beliau dan gerak tangan beliau selama melukis.Â
Takut-takut kalau hal atau kebiasaan negatif dari kami yang terlihat oleh mata batin beliau. Kami menunggu dengan rasa penasaran.
Nah, diantara oleh-oleh yang diterima oleh saya dan beberapa teman yang masih saya ingat adalah: gambar saya sendiri, seperti gambar di atas, hasilnya tiba-tiba saya seperti sedang berlari menggunakan kemeja dengan bagian tangan baju dilipat, menggunakan dasi, dan sedang membawa buku. Padahal, sekali lagi, jepretan kamera wajah kami adalah wajah dengan tampilan normal dan tidak menjinjing atau membawa apapun. Apalagi bergaya.
Diantara hasil lukisan beberapa teman yang masih saya ingat adalah: ada teman saya yang hasil lukisannya sedang memakai baju olahraga dengan pose salah satu kakinya menginjak bola dan dengan peluit menggantung di leher. Sekali lagi, hasil jepretan kamera hanya memotret wajah. Dan kami semua waktu itu mengenakan pakaian formal, bahkan mengenakan jas almamater pelatihan.
Ada lagi yang hasilnya tiba-tiba tergambar sedang duduk bersila mengenakan sarung, baju muslim, kopiah, sorban, dan sedang berzikir memegang tasbih. Ada juga hasilnya sedang memakai mukena (pakaian shalat perempuan) sedang duduk membaca Alquran. Ada juga seorang perempuan hasilnya sedang berdiri memakai baju lengan pendek memakai kerudung sambil menenteng tas seperti sedang shopping. Dan masih banyak lagi.
Kami para peserta saling berbisik dan berisik melihat gambar lukisan kami secara bergantian sambil senyum dan tertawa dengan menghubungkan dan  menafsirkan hasil lukisan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan atau hal-hal yang melekat dengan keseharian kita. Tapi melihat hasilnya, sebagian besar kami semua lega dan bahagia, sebab hasil lukisan menggambarkan hal-hal positif. Tadinya kami takut kalau-kalau gambar yg dihasilkan, misalnya kita sedang marah-marah ke siswa, atau kecenderungan negatif lainnya, hehe.
Pandangan Batin yang Sangat Nyata
Jika melihat hasil lukisan yang memuat gambar semua peserta, meskipun saya tidak bisa melihat semuanya, menunjukkan dengan jelas pengaruh pandangan batin beliau saat melukis. Sebab, kami tak satupun kenal dengan beliau, bahkan kami baru bertemu sekali, hari itu juga. Kemudian, kami juga tak berkenalan ataupun berbincang-bincang secara pribadi dengan beliau. Intinya kami tidak saling kenal nama apalagi kebiasaan atau hobi kami.
Yang terjadi hanya momen resmi tapi santai saat beliau mengenalkan dirinya di hadapan kami semua sebagai seorang pembicara, ditemani oleh bapak dan, adik atau kakaknya perempuan, saya lupa. Beliau menceritakan tentang kehidupannya dengan menggunakan bahasa isyarat. Kemudian adik atau kakak perempuannya menerjemahkan kepada kami. Hanya itu saja, lalu setelah itu mulailah acara melukis kepada setiap peserta pelatihan.
Dua teman saya, yang hasil lukisannya sedang berdiri memakai pakaian olahraga dan satu kakinya menginjak bola, adalah seorang guru olahraga dan satu lagi ketua yayasan yang hobi bola. Ia penggemar Timnas Italia.