Balimau (Minang), Balimau Kasai (Melayu/Riau) dan Padusan (Jawa) adalah satu tradisi di masyarakat kita, dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Belum ditemukan adanya sunnah atau tuntunan lainnya dalam ritual tahunan yang sudah dilaksanankan ratusan tahun ini.
Asal mula kata Balimau.
Menurut penuturan yang diceritakan secara turun temurun, kata Balimau, berasal dari digunakannya jeruk nipis (bahasa Minangnya limau) pada saat keramas untuk membersihkan kulit kepala dan rambut dari kotoran dan minyak yang berasal dari keringat.
Sedangkan untuk menghitamkan rambut, biasanya mereka menggunakan air rendaman abu dari merang yang sudah dibakar.
Mereka (nenek moyang) menggunakan semua itu, karena pada zaman tersebut belum ada shampo seperti sekarang ini.
Kembali ke tradisi Balimau dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Pada dasarnya, ini adalah mandi keramas biasa yang dilakukan umat muslim di Minangkabau dengan tujuan dan niat agar jiwa dan raga benar benar bersih sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu, tradisi yang sebenarnya sederhana tapi memiliki makna yang dalam ini, mulai megalami perubahan dalam pelaksanaannya. Acara Balimau, saat ini tak ubahnya seperti sebuah pesta wisata.
Kegiatan yang dahulunya dilakukan secara perorangan ditempat mereka (nenek moyang) biasa mandi sehari hari, sekarang ini dilaksanakan ditempat umum dan terbuka. Lokasi wisata seperti danau Singkarak, pantai di Padang dan sekitarnya, pantai Pariaman, air terjun di Lembah Anai, Lembah Harau dll, Â adalah sebagian dari puluhan tempat wisata alam yang paling ramai dikunjungi pada saat acara Balimau.
Setiap tahun nyaris selalu ada korban akibat pesta ini. Baik berupa korban kecelakaan lalu lintas, terseret ombak atau tenggelam di danau.
[caption id="attachment_265396" align="aligncenter" width="583" caption="Suasana Balimau (sumber foto: ranahberita.com)"][/caption]
Tradisi yang dulu dimaksudkan untuk mensucikan diri itu, kini yang terjadi malah kebalikannya. Mandi bareng antara pria wanita dalam satu lokasi, anak anak muda yang memanfaatkannya untuk pergi berduaan dengan sang kekasih merupakan contoh kecil penyelewengan makna Balimau. Belum lagi kalau kita hitung, berapa banyak masyarakat yang melewatkan sholat tarawih dimalam pertama Ramadhan karena kelelahan sepulang dari acara Balimau.
Masih layakkah Balimau kita sebut sebagai sebuah kegiatan untuk mensucikan jiwa raga dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan?
Solo 08 Juli 2013 Om_maas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H