Konon hal tersebut sesuai dengan kesepakatan Dinas Perhubungan Jawa Barat dengan "Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi" (WAAT) Jawa Barat [Ngemeng-ngemeng, ada yang kenal nggak sih dengan WAAT ini dan siapa-siapa saja yang menjadi anggotanya? Jangan-jangan di WAAT tidak ada satupun "perwakilan" dari pelaku angkutan transportasi on-line... Atau jangan-jangan (yang agaknya demikian), tidak ada satupun perwakilan dari pelaku angkutan transportasi on-line yang hadir dalam diskusi dengan Dishub Jabar tadi. Lha seandainya benar demikian, dalam kesepakatan tadi bagusnya (atau mestinya) harus melibatkan pula para perwakilan dari pelaku angkutan transportasi on-line dong ya..? Ye kalau ndak gitu mah aneh dong, 'kan kesepakatan di antara dua kubu yang bertikai mah harus melibatkan keduabelah pihak atuh... masa' cuma satu pihak saja yang diakomodir kepentingannya...).
Dan ternyata larangan angkutan on-line beroperasi di Jawa Barat ini pun memancing reaksi dari warganet. Sebuah petisi digalang oleh warganet, agar pelarangan tadi dicabut, "karena keputusan Pemerintah itu bakal merugikan masyarakat...". [Sumber: Tempo.co].
"...Kebijakan itu justru merugikan masyarakat yang sebagian haknya dirampas, hak kebebasan untuk memilih transportasi umum direnggut paksa. Masyarakat dipaksa untuk memilih angkutan umum yang penuh ketidakpastian", kata warganet dengan ID Surili Percusion dalam pengantar petisi, Selasa 10 Oktober 2017. [Sumber: Tempo.co].
Selain itu, juga ada ajakan dari "Bandung Transport Volunteer" kepada masyarakat untuk membantu masyarakat yang memerlukan transportasi, dengan membawa masyarakat yang memerlukan untuk naik kendaraan para relawan.
Ada juga yang bersifat lebih "lunak", yaitu ajakan agar masyarakat menyiapkan diri untuk "hari-hari tanpa angkot", yaitu dengan naik bis kota, bersepeda, dengan "nebeng" orang lain yang punya kendaraan, atau pun dengan berjalan kaki.
Nah tuh, masyarakat juga bereaksi, 'kan..?
Weleh weleh... kalau dibilang bahwa adanya alat transportasi berbasis aplikasi merugikan (dalam arti menurunkan pendapatan) para pelaku alat transportasi konvensional, memang iya sih. Ini juga yang menjadi alasan mereka berdemo, bahwa "akan ada 10 ribu lebih sopir taksi dan angkot yang akan kelaparan...".