Lha piye iki, sampeyan kok memakai standar ganda, sih? Oh iya ya, kok kita pakai standar ganda ya?
Trus bagaimana dong baiknya, Om-G?
Ya nggak tahu. Tapi kalau sampeyan nanya Om-G sih, menurut Om-G mah bagusnya kita juga fair deh: yang kerjanya bagus, menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak, ya wajar kalau dia mendapat upah yang lebih besar. Kita juga ‘kan ingin upah yang gede, sama seperti dia, Om-G? Gampang: berprestasilah seperti teman kita yang prestasinya bagus tadi.
Perusahaan juga mestinya tidak berkeberatan memberi upah yang lebih besar kalau produktivitas kita tinggi (~sepadan) mah... Nah ‘kan “indah” tuh: para karyawan bahagia (karena upah kerja yang tinggi), perusahaan senang (karena produktivitas tinggi, yang berimbas pada daya saing yang tinggi, yang ujung-ujungnya keuntungan pun jadi lebih tinggi), dan Pemerintah pun happy (karena kalau keuntungan perusahaan tinggi, pajaknya pun akan lebih besar; dan happy karena lebih banyak penduduk Indonesia yang makin sejahtera...).
Kalau sudah begini, nggak perlu lagi demo-demo lagi, ‘kan? Wong semua pihak sudah happy kok... Iya opo ora?
Salam sejahtera.
Bien à vous tous. Bon weekend.
Om-G.
Artikel penunjang:
- Upah Buruh, Haruskah Selalu Naik? Seberapa Besar Naiknya?
- Alternatif Solusi Konflik Buruh Versus Pengusaha Mengenai Upah Minimum [].
[Kompasiana.com/Om-G, Rekayasa Sistem Kerja, Produktivitas, 15 Mei 2016].